Keunikan Nama Makanan di Jember (Kajian Semantik)
Abstract
Nama merupakan sebutan atau label yang diberikan kepada orang, benda, tempat dan makanan. Kreativitas masyarakat dalam memberi nama memunculkan nama-nama makanan yang unik. Pemberian nama menunjukkan fenomena bahasa, yakni hubungan masyarakat bahasa dengan budaya pada setiap daerah yang berbeda-beda, sehingga muncul nama-nama yang unik dan bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk nama makanan di Jember, makna konotasi pada nama makanan di Jember, dan faktor yang melatarbelakangi nama unik makanan di jember. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa nama-nama makanan unik di Jember. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Ditemukan dua bentuk nama unik makanan di Jember, yang terdiri dari frasa dan frasa berakronim. Ditemukan dua makna konotasi pada nama unik makanan di Jember, yakni makna konotasi positif yang terdiri dari: (1) makna konotasi positif yang mengandung nilai rasa sanjungan, dan (2) makna konotasi positif yang mengandung nilai rasa menyenangkan, kemudian ditemukan makna konotasi negatif yang terdiri dari: (1) makna konotasi negatif yang mengandung nilai rasa menakutkan, (2) makna konotasi negatif yang mengandung nilai rasa sadis, (3) makna konotasi negatif yang mengandung nilai rasa menjijikkan, dan (4) makna konotasi negatif yang mengandung nilai rasa kasar. Ditemukan faktor yang melatarbelakangi nama-nama unik makanan di Jember, yakni: (1) penyebutan sifat khas, (2) penyebutan bahan, (3) keserupaan, akronim, dan bahasa daerah. Penelitian terkait penamaan makanan perlu diteliti dengan menggunakan teori semantik karena semantik mempelajari makna bahasa. Semantik memberikan sumbangan terkait pengetahuan makna konotasi sehingga dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk bidang pemasaran untuk mempersuasi orang sehingga konsumen relatif terpersuasi dengan adanya konotasi pada nama makanan.