Show simple item record

dc.contributor.authorCHOIRUNNISA, Latanza Delia
dc.date.accessioned2025-04-29T02:18:54Z
dc.date.available2025-04-29T02:18:54Z
dc.date.issued2023-07-31
dc.identifier.nim182310101023en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/126117
dc.descriptionValidasi_firli_28_April_25en_US
dc.description.abstractStunting merupakan salah satu gangguan dengan keadaan dimana anak mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dengan keadaan tubuh yang pendek yang secara umum disebabkan oleh kurangnya gizi secara kronis dan terjadinya infeksi tsaat bayi masih di kandungan maupun setelah bayi dilahirkan (Sekretariat Wakil Presiden RI, 2017). Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021, prevalensi balita dengan stunting di Indonesia masih sangat tinggi ialah sebanyak 24,4%, hasil tersebut masih melewati batas 20% yang ditetapkan oleh WHO. Dari data tersebut juga diperolah angka stunting di Jawa Timur dengan persentase sebanyak 23,5%, sehingga masih belum memenuhi kategori provinsi baik dan termasuk dalam kategori Kronis Akut. Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, persentase stunting di Kabupaten Jember masih melebihi rata-rata provinsi ialah sebanyak 23,9% (SSGI, 2021). Stunting dapat disebut juga dengan pengerdilan yang mana terjadi pada anak di bawah 5 tahun pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dimulai dari janin hingga anak berusia 2 tahun. Stunting dapat diketahui melalui pengukuran antropometri, seorang anak dikatakan stunting apabila hasil pengukuran antropometri hasil berada di bawah -2 SD (The Global Nutrion Report (2018) dalam Ariani, 2020). Pada pemberian MPASI terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan ialah kuantitas, kualitas, serta keamanan pangan yang diberikan (Kemenkes RI, 2018). Dalam hal ini ibu perlu memahami aturan pemberian MPASI dengan frekuensi dan porsi secara bertahap serta hati-hati. Pemberian MPASI secara bertahap perlu memperhatikan tingkat umur yang sesuai, jenis, frekuensi, porsi dan juga kesiapan pencernaan balita. Balita dapat diberikan makanan DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER xii xii tambahan yang bervariasi meliputi bubur cair, bubur kental, sari buah, makanan lumat, makanan lembek hingga makanan padat. Selain itu perlu diperhatikan tingkat kebersihan diri, bahan makanan, dan lingkungan sekitar saat persiapan maupun saat pemberian MPASI (WHO, 2016; Lestiarini & Sulistyorini, 2020; Piliang & Asfur, 2021). Peneliti menggunakan metode retrospektif untuk mengetahui gambaran situasi secara objektif dengan melihat kejadian masa lampau yang dikaitkan dengan saat ini. Penelitian ini ini dilakukan dengan tujuan dari penelitian untuk mengidentifikasi hubungan riwayat pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada balita. Jumlah sampel ditentikan dengan G-Power mendapatkan hasil 96 responden, penetapan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Responden akan diberikan kuesioner mengenai riwayat pemberian MPASI untuk mengukur pemberian MPASI pada balita. Dalam pengukuran tinggi badan untuk menilai stunting peneliti menggunakan dokumentasi pengukuran yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan berpengalaman. Hasil penelitian riwayat pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada balita usia 2-3 tahun dari 96 responden didapatkan riwayat pemberian MPASI berada pada kategori cukup sebanyak 79 orang (82,3%), kemudian beberapa responden melakukan pemberian MPASI kurang sebanyak 6 orang (6,3%) dan MPASI baik sebanyak 11 orang (11,5%). Sedangkan, hasil pengukuran stunting pada balita usia 2-3 tahun didapatkan balita dalam kategori normal yaitu sebanyak 78 anak (81,3%), dan sisanya mengalami stunting dengan kategori sangat pendek sebanyak 6 anak (6,3%), dan pendek sebanyak 12 anak (12,5%). Hasil uji Spearman Rank menunjukkan bahwa p < α (0,002 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara riwayat pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada balita usia 2-3 tahun di Kecamatan Ajung. Kekuatan korelasi berdasarkan hasil r senilai 0,302 dapat diartikan bahwa kekuatan antar variabel cukup dengan arah korelasi positif (+). Hasil akhir penelitian ini menunjukkan riwayat pemberian MPASI pada balita usia 2-3 tahun di wilayah Kecamatan Ajung Kabupaten Jember berada pada kategori cukup, oleh karena itu diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pemberian MPASI baik berupa promotif atau preventif. Upaya promotif yang dapat dilakukan ialah dengan konseling maupun penyuluhan terkait MPASI maupun cara pembuatan MPASI berdasarkan usia, jenis, tekstur, frekuensi, dan pelaksaan pemberian MPASI yang baik. Dalam upaya preventif hal tersebut diharapkan dapat mencegah permasalahan status gizi balita terutama stunting.en_US
dc.description.sponsorshipNs. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes. Dr. Iis Rahmawati, S.Kp., M.Kes.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectMPASIen_US
dc.subjectStuntingen_US
dc.subjectPerkembangan Anaken_US
dc.subjectToddleren_US
dc.titleHubungan Riwayat Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 2-3 Tahun di Wilayah Pertanian Kecamatan Ajung Kabupaten Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep., M.Kes.en_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Iis Rahmawati, S.Kp., M.Kes.en_US
dc.identifier.validatorValidasi_firli_28_April_25en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2025_04_tanggal 29en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record