Resiliensi Kepala Keluarga Korban Bencana Erupsi Gunung Semeru yang Menetap di Huntara (Hunian Sementara) Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang
Abstract
RESILIENSI KEPALA KELUARGA KORBAN ERUPSI GUNUNG SEMERU YANG MENETAP DI HUNTARA KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG; Hikmatul Laili Risqi, 202110101023, 40 Halaman; Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Jawa Timur menjadi wilayah tertinggi kedua kejadian bencana di Pulau Jawa setelah Jawa Tengah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2022 terjadi sebanyak 212 bencana dengan rincian 153 banjir, 56 tanah longsor, 2 gempa bumi dan 1 letusan gunung api. Dampak bencana yang mengakibatkan korban jiwa tertinggi dari empat bencana tersebut adalah letusan gunung dengan api 61 korban meninggal dunia yakni erupsi gunung semeru. Penanggulangan dari dampak bencana erupsi gunung semeru salah satunya adalah kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana pada sektor perumahan dengan membangun Huntara. Adanya relokasi korban bencana erupsi gunung semeru ke Huntara berdampak pada psikologis serta kesehatan sosial dan kesehatan ekonomi kepala keluarga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis resiliensi kepala keluarga korban bencana erupsi gunung semeru yang menetap di Huntara ditinjau dari tujuh faktor resiliensi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian dilakukan di Huntara Kabupaten Lumajang berlandaskan kejadian bencana erupsi gunung semeru yang terjadi pada bulan Desember tahun 2021. Pengambilan data dilakukan dengan dua teknik yakni wawancara mendalam dan observasi partisipatif pasif. Informan penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan, pada penelitian ini dilakukan triangulasi sumber dan teknik sebagai proses validasi data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia minimal informan utama dan informan tambahan berada pada rentang 18-40 tahun, sedangkan usia maksimal berada pada rentang 41-60 tahun. Pendidikan tertinggi informan utama dan informan tambahan adalah SD dan pendidikan tertinggi adalah SMP. 2 informan utama bekerja sebagai petani, 2 informan utama sebagai pedagang dan 2 informan lainnya sebagai wiraswasta. 1 informan tambahan bekerja sebagai petani, 2 informan tambahan bekerja sebagai pedagang dan 3 informan tambahan sebagai IRT (ibu rumah tangga). Resiliensi kepala keluarga korban bencana erupsi gunung semeru yang ditinjau dari tujuh faktor resiliensi menunjukkan hasil bahwa pada faktor pertama yakni regulasi emosi didapatkan hasil bahwa 3 informan utama telah mampu meregulasi emosinya di Huntara pasca bencana, namun 3 informan utama lainnya masih belum mampu meregulasi emosi pasca bencana erupsi gunung semeru. Informan utama mengendalikan implusnya berupa kesedihan dan kegelisahan dengan melakukan kegiatan positif seperti bekerja dan berkumpul dengan keluarga, pada faktor resiliensi yang ketiga yakni optimis, seluruh informan utama optimis terhadap kehidupannya karena memiliki harapan untuk bisa melanjutkan kehidupannya.
Faktor analisis kausal berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengetahui penyebab masalah dihidupnya, 2 informan utama tidak mengetahui penyebab masalah dari bencana erupsi gunung semeru, namun 4 informan utama lainnya mampu menganalisis penyebab terjadinya bencana dengan mengatakan bahwa bencana erupsi gunung semeru adalah musibah dari Tuhan atas perbuatan manusia kepada-Nya. Seluruh infrorman utama memiliki empati untuk peduli dan menolong sesama di Huntara sesuai dengan kemampuan yang dimiliki baik itu dana maupun tenaga. Faktor efikasi diri berkaitan dengan keyakinan informan utama terhadap keberhasilan dihidupnya, 5 informan utama memiliki efikasi diri yang positif terlihat dari besarnya keyakinan dan tindakan untuk berusaha mencari solusi saat ada masalah. Seluruh informan utama mampu mengambil sisi positif dari bencana erupsi gunung semeru, sehingga dapat meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan. Terkait aspek kesehatan sosial didapatkan hasil bahwa lingkungan Huntara sepi pada saat pagi hingga sore hari sehingga kepala keluarga berinteraksi dengan tetangga pada malam hari dan tidak terdapat konflik antara satu dengan lainnya, pada kesehatan dan aspek ekonomi terdapat peningkatan penghasilan pada 2 informan utama, penghasilan stabil pada 3 informan utama dan menurunnya penghasilan pada 1 informan utama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Informan utama telah resilien, namun terdapat masalah pada beberapa faktor resiliensi seperti 3 informan utama belum mampu meregulasi emosi, 2 informan utama tidak mampu menganalisis kausal dan 1 informan utama tidak memiliki efikasi diri.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2295]