Konsentrasi Bunuh Minimal Ekstrak Buah Okra Hijau (Abelmoschus Esculentus) Terhadap Bakteri Saluran Akar Gigi Staphylococcus Aureus
Abstract
Karies adalah kerusakan jaringan gigi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri
yang menghasilkan asam. Apabila tidak segera dilakukan perawatan akan merusak
bagian gigi seperti dentin, pulpa, dan saluran akar. Staphylococcus aureus
(S. aureus) merupakan bakteri yang mendominasi sebanyak 20% pada pulpa vital
dan akar gigi yang mengalami karies. Bakteri S. aureus yang berada di pulpa dapat
masuk ke sistem peredaran darah, meracuni platelet dan menyebabkan
pembentukan mikrotrombi yang berakibat pada penyumbatan pembuluh darah.
Oleh karena itu, pulpa yang terinfeksi harus dilakukan perawatan saluran akar
(PSA).
Salah satu tahapan PSA adalah preparasi biomekanis diiringi tindakan irigasi.
Bahan irigasi yang digunakan pada perawatan saluran akar NaOCl 2,5% dan EDTA
17%. NaOCl 2,5% dan EDTA 17% apabila berpenetrasi ke jaringan periapikal dan
tidak ternetralisir pada saat akuades steril diirigasikan akan menyebabkan reaksi
inflamasi. Alternatif bahan irigasi alami diperlukan untuk memperbaiki kekurangan
NaOCl 2,5% dan EDTA 17%, yaitu buah okra hijau (Abelmoschus esculentus).
Salah satu sifat yang harus dimiliki bahan irigasi adalah kemampuan antibakteri.
Buah okra hijau mengandung senyawa antibakteri, yaitu alkaloid (6,88%),
flavonoid (5,01%), saponin (4,02%), tanin (3,81%), dan terpenoid (2,95%).
Konsentrasi bahan irigasi diharapkan minimal agar tidak mengiritasi jaringan
sekitarnya sehingga perlu dilakukan uji konsentrasi bunuh minimal (KBM) dari
ekstrak buah okra hijau (EBOH) terutama terhadap koloni bakteri S. aureus saluran
akar gigi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro
dengan rancangan penelitian posttest only control group design. Sampel pada penelitian ini berjumlah enam, yaitu EBOH konsentrasi 6,25%, 12,5%, dan 25%,
NaOCl 2,5% dan EDTA 17% sebagai kontrol positif, serta akuades sebagai kontrol
negatif. Uji konsentrasi hambat minimal (KHM) dan uji KBM dilakukan pada
semua sampel penelitian. Uji KHM dilakukan dengan metode dilusi cair. Suspensi
uji KHM digunakan untuk uji KBM dengan metode spread plate. Penentuan KBM
dilihat dengan cara menghitung koloni yang tumbuh pada Petri dish berisi media
Mueller-Hinton agar (MHA) yang sudah ditanami suspensi bakteri S. aureus
sebanyak 0,1ml.
Hasil rata-rata penghitungan koloni uji KBM pada penelitian ini menunjukkan
bahwa EBOH konsentrasi 6,25%, 12,5%, dan 25% beruturut-turut, yaitu 35, 11,
dan 0 koloni. Akuades memiliki 177 koloni, sedangkan NaOCl 2,5% dan EDTA
17% tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri S. aureus. Data
berdistribusi normal dan tidak homogen, dianalisis menggunakan uji Kruskalwallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil analisis data menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan (α< 0,05) pada semua sampel penelitian kecuali
pada sampel EBOH 25% dengan NaOCl 2,5%, EBOH 25% dengan EDTA 17%,
serta NaOCl 2,5% dengan EDTA 17%.
Kesimpulan penelitian ini adalah KBM EBOH terhadap bakteri S. aureus
adalah pada konsentrasi 25% karena tidak menunjukkan adanya pertumbuhan
koloni bakteri S. aureus sama seperti NaOCl 2,5% dan EDTA 17%. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa EBOH konsentrasi 25% memiliki efektifitas yang sama
dengan NaOCl 2,5% dan EDTA 17% dalam membunuh koloni S. aureus.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2093]