dc.description.abstract | Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat
sehingga saat ini siswa diharapkan memenuhi kompetensi abad ke-21 yang disebut
4C, salah satunya yaitu critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah). Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk dilakukan serta berpikir
masuk akal. Hal tersebut berarti di dalam berpikir kritis diperlukan pertimbangan
sebelum pengambilan keputusan serta dapat memikirkan hal secara logis dan sesuai
fakta yang ada. Guna melihat kemampuan berpikir kritis, dalam proses
pembelajaran diperlukan adanya kegiatan yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa. Salah satu kegiatan tersebut adalah menyelesaikan masalah
matematika. Dalam menyelesaikan masalah bukan hanya sekedar mendapat hasil
akhir, namun dibutuhkan proses penyelesaian matematika sehingga mendapat
jawaban akhir tersebut. Salah satu metode penyelesaian masalah adalah
menggunakan tahapan Polya. Berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah pada
penelitian ini adalah proses dimana siswa menyelesaikan masalah yang diberikan
dengan menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya berdasarkan tahapan Polya
yang dikombinasikan dengan 6 kriteria berpikir kritis FRISCO yaitu Focus,
Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Keterampilan siswa dalam
menghadapi kesulitan akan menentukan bagaimana mereka dalam menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Masing-masing siswa bebas menggunakan
pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan
adversity quotient (AQ) yang dimiliknya. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, menyatakan bahwa
siswa dengan tipe climber dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan
dengan baik dan tepat waktu serta memenuhi seluruh kriteria berpikir kritis
FRISCO, yaitu focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview. Pada
kriteria overview terdapat dua indikator yaitu siswa melakukan pengecekan kembali
terhadap hasil penyelesaian dan siswa memiliki alternatif lain dalam penyelesaian.
Siswa Ci1 melakukan pengecekan kembali hasil pengerjaan dan memiliki alternatif
lain, sedangkan siswa Ci2 hanya melakukan pengecekan kembali namun tidak
memiliki alternatif lain. Siswa dengan tipe camper dapat menyelesaikan
permasalahan yang diberikan dengan baik dan tepat waktu serta dapat memenuhi
empat kriteria berpikir kritis FRISCO, yaitu focus, reason, inference, situation, dan
clarity. Kedua siswa tipe camper tidak melakukan pengecekan kembali hasil
pengerjaan dan juga tidak memiliki alternatif lain, sehingga tidak memenuhi kriteria
overview. Siswa dengan tipe quitter tidak dapat menyelesaikan permasalahan
dengan baik sesuai waktu yang ditentukan. Kedua siswa tipe quitter mengalami
kesulitan dalam memahami permasalahan yang diberikan sehingga tidak dapat
menyelesaikan permasalahan yang diberikan secara tepat waktu. Kedua siswa
tersebut hanya dapat menuliskan metode yang digunakan dan menyelesaikan
beberapa langkah pengerjaan hingga kemudian berhenti di tengah jalan. Siswa tipe
quitter hanya dapat memenuhi dua kriteria berpikir kritis FRISCO, yaitu focus dan
clarity saja. | en_US |