Pasar Pariwisata Berbasis Identitas Etnis Sebagai Identitas Kebudayaan Banyuwangi
Abstract
Masyarakat Banyuwangi hidup dekat dengan keberagaman budaya karena sejarah Kerajaan Blambangan. Terletak strategis untuk perdagangan, wilayah ini multikultur dengan beragam suku dan etnik. Etnis Osing kompleks dan berusaha mempertahankan identitasnya. Penelitian berfokus pada ekonomi kultural di Banyuwangi, di mana ada kesenjangan antara masyarakat Osing dan masyarakat Jawa. Pemerintah cenderung mendukung pusat seni-tradisi Osing, meninggalkan masyarakat pinggiran. Beberapa masyarakat pinggiran mencoba adopsi kegiatan festival untuk ekonomi. Pasar Koelon Tangsi, pasar kuliner tradisional di Banyuwangi didirikan akhir 2019 dengan dukungan anggota DPR RI Sonny Tri. Namun, pasar ini tertutup akibat pandemi COVID-19 dari 2020-2022 karena menurunnya kunjungan dan pendapatan. Meskipun didirikan dengan niat baik, pasar kini menjadi sejarah kuliner Banyuwangi.
Objek dalam penelitian adalah Pasar Koelon Tangsi di Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, dan Pasar Witwitan di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis etnografi. Metode sampling yang digunakan adalah metode teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Metode analisisdata menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
Hasil penelitian menunjukkan pasar wisata hibrida Wit-Witan & Koelon Tangsi di Banyuwangi memberikan inovasi pariwisata budaya. Pasar Wit-Witan sukses integrasi elemen tradisional dengan manajemen komunitas lokal, sementara Pasar Koelon Tangsi membantu melestarikan warisan budaya Banyuwangi. Kedua pasar memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan interaktif dan edukasi tentang budaya lokal. Diharapkan pasar ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lokal sambil menjaga keberlanjutan warisan budaya Banyuwangi.