Show simple item record

dc.contributor.authorIhda Kartika Syamsuddin
dc.date.accessioned2013-12-24T06:33:28Z
dc.date.available2013-12-24T06:33:28Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nimNIM102010101003
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12456
dc.description.abstractPenyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Kasus infeksi yang selalu menjadi sorotan hingga kini adalah kasus infeksi nosokomial dengan prevalensi sebesar 7,1%. Salah satu infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah Infeksi Luka Operasi (ILO) dengan penyebab utama S. aureus yang menyumbang angka kematian sebesar 77%. Seiring perkembangan waktu, resistensi S. aureus terhadap drug of choicenya juga semakin meningkat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari substansi antibakteri baru dari alam. Salah satunya adalah bahan aktif dari tanaman kakao (T. cacao) yang banyak dijumpai di Indonesia. Biji dari buah kakao banyak mengandung senyawa polifenol. Fraksi polifenol biji kakao yang berpotensi sebagai antibakteri adalah katekin, tanin, dan flavonoid. Pada penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa ekstrak etanol biji kakao dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan morfologi S. aureus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji kakao terhadap S. aureus secara in vivo. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Grup Design. Sampel yang digunakan adalah kelinci galur New Zealand White Albino dengan kirteria inklusi viii dan eksklusi, sebanyak lima ekor terbagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, krim ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 2%, 4% dan 8%. Uji in vivo dilakukan dengan cara membuat luka insisi sepanjang 2,5 cm pada punggung kelinci yang kemudian diinfeksi dengan S. aureus. Data diperoleh melalui pengukuran pemendekan luka infeksi dengan menggunakan jangka sorong setiap harinya selama 7 hari perlakuan. Pada penelitian ini didapatkan rerata pemendekan luka infeksi selama 7 hari sebesar 23,60% pada kontrol negatif; 89,20% pada kontrol positif; 41,20% pada krim ekstrak etanol biji kakao 2%; 57,20% pada krim ekstrak etanol biji kakao 4% dan 72,80% pada krim ekstrak etanol biji kakao 8%. Hasil analisis dengan Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan persentase pemendekan luka infeksi yang signifikan antar kelompok perlakuan Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji kakao terhadap S. aureus secara in vivo tetapi aktivitasnya tidak sebaik kontrol positif, yaitu krim mupirosin 2%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol biji kakao maka aktivitas antibakterinya terhadap S. aureus juga semakin besar.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries102010101003;
dc.subjectEKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao)en_US
dc.titleUJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VIVOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record