Proses Kewirausahaan Penyandang Disabilitas Daksa Pasca Rehabilitasi Sosial di RSBD Bangil
Abstract
Penyandang disabilitas membutuhkan kehadiran negara sebagai bentuk
pertanggungjawabannya untuk memastikan hak-hak penyandang disabilitas
terpenuhi salah satu caranya melalui hadirnya layanan rehabilitasi sosial.
Pengembangan pelayanan sosial telah terealisasi dengan menyediakan unit
rehabilitasi salah satunya yaitu UPT. Rehabilitasi Bina Daksa Bangil (RSBD).
Panti RSBD memberikan berbagai program bimbingan bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian dan produktivitas penyandang disabilitas. Pasca dua
tahun mengikuti rehabilitasi sosial penyandang disabilitas akan kembali ke rumah
masing-masing untuk mandiri bekerja dan memanfaatkan modal usaha yang
diberikan dari panti, Meskipun begitu tidak semua alumni pulang dengan kondisi
mandiri dan bekerja. Pada hal ini terdapat juga alumni yang mandiri mendirikan
usaha dengan memanfaatkan alat keterampilan dari panti khususnya alumni
domisili Jember. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui, mendeskripsikan,
dan menginterpretasikan pengalaman personal penyandang disabiltas daksa terkait
dengan proses kewirausahaan yang dialami pasca mendapatkan rehabilitasi sosial.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan konsep rehabilitasi
sosial. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian fenomenologi. Penentuan lokasi penelitian menggunakan teknik
purposive area, yakni UPT. Rehabiltasi Sosial Bina Daksa Bangil dan rumah
alumni domisili Jember sebagai lokasi penelitian. Penentuan informan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive yang terdiri dari 3 informan pokok
dan 2 informan tambahan. Selanjutnya teknik pengumpulan data menggunakan
observasi non-partisipan, wawancara semiterstruktur, dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan model Miles dan Huberman meliputi kondensasi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Upaya peningkatan standar kualitas penelitian menggunakan konsep menurut Moleong yakni standar
kredibilitas, standar transferabilitas, standar depenabilitas, dan konfirmabilitas.
Penelitian ini menunjukkan bahwa secara garis besar penyandang
disabilitas melalui 3 tahapan sebelum mendirikan usaha yaitu pra-rehabilitasi,
rehabilitasi dan pasca rehabilitasi. Pasca rehabilitasi penyandang disabilitas
mengalami perubahan diri yang terdiri dari perubahan jasmani yang lebih bugar
pasca produktivititas yang dibentuk dari panti, meningkatnya percaya diri, rasa
bertanggungjawab dan mulai berani berinteraksi dengan orang lain. Adanya
perubahan ini berpeluang untuk mengembangkan potensi diri serta
melangsungkan hidup melalui berwirausaha. Pada pelaksanaan usahanya,
penyandang mengalami 4 tahapan proses kewirausahaan yaitu : Pertama,
menetapkan jenis usaha yang bersumber dari relevansi antara jenis keterampilan
yang diperoleh selama rehabilitasi dengan jenis usaha yang dibentuk pasca
rehabilitasi. Kedua, rencana produksi usaha yang diawali dari sistem pemesanan
dari pelanggan (made by order) dan melengkapi sumber daya utama yaitu
alat/mesin usaha untuk memenuhi permintaan pasar. Ketiga, strategi pemasaran
melalui konten media sosial dan pemasaran getok tular yang efektif menjangkau
pelanggan lebih luas. Keempat, memelihara sifat kewirausahaan sebagai bentuk
mempertahankan usaha dan mengembangkan usaha sehingga mencapai
kemandirian. Selama pelaksanaan usaha penyandang mengalami hambatan seperti
keterbatasan modal, kurang mahir dalam pemasaran media sosial dan menghadapi
persaingan dengan wirausaha lain. Namun begitu, ditemukan adanya faktor
penunjang usaha yang dimiliki penyandang yaitu motivasi diri, support system
dari kerabat dekat, keahlian, peluang usaha dan trust dari pelanggan.