Gambaran Dampak Kebiasaan Bernapas Terhadap Bentuk Lengkung dan Tinggi Palatum pada Anak Kelas 1-3 SDN Candijati 01 Arjasa
Abstract
Bernapas merupakan suatu proses pertukaran gas dengan cara menghirup
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida serta uap air. Proses bernapas dapat
dilakukan secara normal menggunakan hidung atupun menggunakan mulut
dikarenakan adanya hambatan pada jalur pernapasan utama pada sistem
pernapasan. Kebiasaan bernapas melalui mulut atau mouthbreathing merupakan
kebiasaan buruk dengan prevalensi yang cukup tinggi pada anak sekolah. Dalam
jangka waktu yang panjang kebiasaan ini akan menimbulkan kasus maloklusi yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang rongga mulut terutama pada bentuk
lengkung rahang dan tinggi palatum. SDN Candijati 01 Arjasa merupakan salah
satu sekolah di Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Desa
Candijati terletak di kawasan agroindustri Jember dengan mayoritas masyarakat
berprofesi sebagai petani dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang
masih rendah. Selain itu, Desa Candijati merupakan wilayah dataran tinggi yang
menimbulkan dampak pada pola konsumsi yang berbeda dari wilayah dataran
rendah. Berdasarkan adanya faktor-faktor tersebut maka akan memperburuk proses
pernapasan mulut anak-anak menjadi sebuah kebiasaan buruk. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji gambaran dampak antar kebiasaan bernapas terhadap
bentuk lengkung dan tinggi palatum pada anak kelas 1-3 di SDN Candijati 01
Arjasa sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, IPTEK, dan klinisi
atau praktisi kesehatan gigi.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional yang dilakukan di SDN Candijati 01 Arjasa Jember
pada bulan Januari 2024 – Feburari 2024. Penelitian ini menggunakan siswa kelas
1-3 sebagai responden untuk dilakukannya pemeriksaan kebiasaan bernapas dan
model studi siswa kelas 1-3 sebagai alat untuk dilakukannya penelitian dengan cara
melakukan pengukuran terhadap model studi yang telah dibuat. Jumlah responden yang didapatkan pada penelitian sebanyak 72 responden.
Berdasarkan hasil dari tes kebiasaan bernapas melalui mulut terdapat 22 responden
bernapas melalui mulut dan 50 sisanya bernapas secara normal. Kebiasaan bernapas
secara normal yang dilakukan 50 responden tersebut tidak berdampak secara
signifikan terhadap bentuk lengkung rahang dan tinggi palatum mereka, sedangkan
22 responden dengan kebiasaan bernapas melalui mulut cenderung memiliki bentuk
lengkung rahang dengan jenis narrow dan palatum yang tinggi. Namun, terdapat 9
responden dengan kebiasaan bernapas melalui mulut tidak diikuti bentuk lengkung
rahang narrow dan palatum yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kebiasaan bernapas yang dilakukan anak-anak kelas 1-3 di SDN Candijati
01 Arjasa memiliki angka sebesar 69,5% bernapas secara normal melalui hidung
dan 30,5% bernapas melalui mulut. Selain itu, anak-anak tersebut memiliki bentuk
lengkung dengan mayoritas berbentuk flat dengan angka sebesar 26,4% dan
memiliki jenis palatum yang mayoritas tergolong dangkal dengan angka 80,55%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]