Seni Pertunjukan Tari Topeng Kaliwungu Kabupaten Lumajang Tahun 1988-2020
Abstract
Lumajang memiliki berbagai macam jenis kesenian dan kebudayaan yang masih berlangsung hingga saat ini, contohnya kesenian Tari Topeng Kaliwungu yang merupakan kesenian tradisional khas Lumajang sebagai wujud akulturasi antara kebudayaan Jawa dan Madura dalam gerakannya. Mbah Senemo yaitu pelaku seni Tari topeng Kaliwungu berhasil menginovasi karya seni tari Topeng Getak Madura menjadi Tari Topeng Kaliwungu. Beliau memadukan dua kebudayaan itu dalam wujud gerakan tari, penciptaaan Topeng, perkembangan busana dan fungsi dari kesenian tari topeng Kaliwungu. Awal keberadaan kesenian ini sebagai tarian hiburan bagi para imigran Madura yang bermukim di Kaliwungu. Tahun 1988 tari topeng Kaliwungu muncul kembali setelah kevacumannya sebagai tarian yang bersifat pertunjukan. Rumusan masalah penelitian ini yaitu Bagaimana asal-usul Tari Topeng Tahun 1988 dan Bagaimana pertunjukan Tari Topeng Kaliwungu Tahun 1988-2020. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan asal usul Tari Topeng Kaliwungu Tahun 1988 dan untuk mengidentifikasi bentuk pertunjukan topeng Kaliwungu Tahun 1988-2020. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah yang terdapat 4 langkah dalam pelaksanaannya yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Pendekatan yang digunakan yaitu sosiologi seni dengan teori fungsionalisme oleh Emile Durkheim.
Hasil penelitian ini yaitu Tari Topeng Kaliwungu merupakan karya cipta seni Mbah Senemo yang bermula dari topeng getak Madura yang dibawa oleh para imigran Madura pada tahun 1930 ke Pulau Jawa terutama ke Lumajang sehingga hal tersebut menjadi cikal bakal lahirnya Tari Topeng Kaliwungu. Tarian ini merupakan kontiunitas keberadaan Topeng Dalang Madura/Topeng Klonoan pada abad ke-17, pertunjukan yang hanya ditampilkan di Keraton Sumenep. Kesenian Topeng Dalang merupakan manifestasi salah satu bentuk tokoh Prabu Baladewa seorang prajurit yang jujur dan tanpa pamrih. Pada Tari Topeng Kaliwungu Mbah Senemo menggambarkan kebudayaan Jawa dalam gerakan lembengan dan kebudayaan Madura dengan gerakan tari yang tegas dan menghentak-hentak sehingga terciptalah Tari Topeng Kaliwungu yang berbeda dari Tari Topeng Getak Madura. Fungsi tari Topeng Kaliwungu pada tahun 1930-1965 yakni sebatas sebagai hiburan masyarakat Kaliwungu dan menjadi tarian pembuka pada kesenian Sandur (Sandiwara Madura) kemudian berfungsi sebagai ajang perlombaan di acara festival kesenian, pertunjukan pada acara pembukaan rapat dinas dan pertunjukan kesenian berskala nasional hingga intenasional. Pertunjukan Tari Topeng Kaliwungu banyak mengadaptasi dari pendahulunya yaitu Tari topeng Getak Madura pada instrumen musiknya sedangkan perbedaannya pada bentuk topeng dan busana terdiri dari berbagai versi, terdapat 14 gerakan tari dan durasi pertunjukan tari Topeng Kaliwungu ±10 menit. Sebagai salah satu cara memperkenalkan tarian ini, Mbah Senemo mengijinkan beberapa masyarakat seni (pemilik sanggar, seniman dan budayawan) untuk mengkreasikan gerakan, busana dan topeng yang dipilih sebagai pertunjukan Tari Topeng Kaliwungu dan berbagai variasi tersebut terjadi hingga saat ini. Eksistensi kesenian ini cukup stabil hingga Tari Topeng Kaliwungu menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Lumajang. Dukungan dari masyarakat seni dan masyarakat awam sangat diperlukan untuk keberlangsungan dan kelestarian kesenian Tari Topeng Kaliwungu.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Tari Topeng Kaliwungu merupakan hasil karya cipta Mbah Senemo berdasarkan inovasi dari Tari Topeng Getak Madura yang menunjukkan jejak historis sebagai manifestasi adanya Tari Topeng Dalang atau Klonoan pada abad ke-17, sehingga kesenian ini asli dari Madura yang dapat berkembang dan eksis di Kaliwungu hingga saat ini berkat campur tangan dan kepedulian dari pelaku seni Tari Topeng Kaliwungu, seniman, budayawan, pemerintah dan masyarakat Lumajang.