Persepsi Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) di Wilayah Dusun Bedok I Desa Tempeh Lor Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang
Abstract
Hasil Riskesdas tahun 2018 tersebut menunjukkan bahwa prevalensi PTM
masih terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini masih menjadi PR
bagi sektor kesehatan di Indonesia. Angka kejadian PTM harus terus menerus
ditekan agar menjadi rendah dalam rangka mendorong pencapaian target
pembangunan kesehatan yang juga termasuk target SDGs 2030. Dalam rentang
waktu dua puluh tahun terakhir, PTM menjadi penyebab utama dari beban
penyakit. Program Posbindu PTM merupakan gagasan Kemenkes pada tahun
2012. Posbindu PTM merupakan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor
resiko Penyakit Tidak Menular yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Kegiatan ini memiliki sasaran utama kelompok masyarakat sehat,
beresiko, dan penyandang PTM yang berumur 15 tahun keatas. Ini menandakan
bahwa resiko PTM tidak hanya dialami oleh penduduk lanjut usia saja, penduduk
dewasa dan remaja juga memiliki resiko yang sama.
Berdasarkan penelitian, dari sekitar 1.102 masyarakat yang termasuk
kedalam kelompok sasaran hanya ada sekitar 60-an masyarakat yang datang
berkunjung ke Posbindu. Melihat sasaran usia yang telah disebutkan, yakni
dimulai dari usia 15 tahun keatas. Namun yang berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut mayoritas dari kalangan ibu rumah tangga dan lansia saja. Hal tersebut
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Posbindu PTM
masih kurang. Fenomena diatas memiliki fakta bahwa implementasi program
Posbindu PTM belum sesuai dengan kriteria keberhasilan program. Keberhasilan
program ditandai dengan meningkatnya minat dan partisipasi masyarakat terhadap
program Posbindu PTM. Implementasi yang belum sesuai disebabkan karena adanya perbedaan persepsi di dalam lingkungan masyarakat. Perbedaan persepsi
tersebut dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam kepercayaan dan pandangan
masyarakat terhadap program yang dilaksanakan. Bermacam-macam persepsi
dapat membuat masyarakat memutuskan memilih atau tidak memilih berkunjung
ke Posbindu PTM.
Penelitian menggunakan konsep persepsi, dimana Robbins (1996)
mengemukakan bahwa persepsi (perception) merupakan suatu proses dimana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka. Penelitian ini dilakukan untuk
mencari tau mengenai persepsi masyarakat tentang program Posbindu PTM,
sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini menurut Robbins (1996)
antara lain pihak pelaku persepsi (perceiver), objek atau target yang akan
dipersepsikan, serta situasi dimana persepsi itu dilakukan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, angket, wawancara singkat,
serta dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif serta
analisis tabulasi silang. Pengujian instrumen penelitian menggunakan uji validitas
dan reliabilitas.
Temuan penelitian ini terdapat kesenjangan yang cukup jauh antara target
sasaran dengan realisasi. Setelah dilakukan penelitian kepada masyarakat Dusun
Bedok I Desa Tempeh Lor ada beberapa faktor yakni kurangnya kesadaran
masyarakat, kurangnya sosialisasi, dan kurang tepatnya waktu pelaksanaan
program. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif disertai pembahasan yang
telah peneliti jelaskan tentang persepsi masyarakat, maka dapat disimpulkan
bahwa persepsi masyarakat Dusun Bedok I Desa Tempeh Lor terhadap Program
Posbindu PTM cukup baik yang artinya secara umum masyarakat cukup
menerima adanya program tersebut. Selanjutnya analisis tabulasi silang antara
karakteristik responden dengan hasil persepsi menunjukkan bahwa terdapat
signifikansi antara jenis kelamin, umur, pekerjaan, riwayat PTM, dengan perilaku
kunjungan. Sedangkan tingkat pendidikan tidak terdapat signifikansi dengan hasil
persepsi masyarakat.