Manajemen Program Pelatihan Menjahit di Balai Latihan Kerja Jember
Abstract
Balai Latihan Kerja Jember memberikan pelatihan khusus program
menjahit menggunakan mesin untuk peserta disabilitas dengan hasil yang sangat
baik. Pelatihan ini membantu para penyandang disabilitas untuk mengembangkan
keterampilan dan mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut didukung berdasarkan data
pasca pelatihan yang menunjukkan lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan bidangnya atau membuka usaha mandiri. Pelatihan menjahit di Balai
Latihan Kerja Jember sangat diminati dilihat dari tingginya jumlah pendaftar dan
output dari program pelatihan ini cukup menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari
lulusan pelatihan program menjahit yang mendapatkan pekerjaan sesuai bidang
maupun membuka usaha mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan
menjelaskan manajemen program pelatihan menjahit di Balai Latihan Kerja
Jember. Manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan
program pelatihan menjahit dengan peserta disabilitas di masa mendatang.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Tempat
penelitian ini berlokasi di Balai Latihan Kerja Jember. Pemilihan tempat didasarkan
dari metode purposive area. Teknik untuk menentukan informan yaitu teknik
purposive sampling yang terdiri dari informan kunci dan informan pendukung.
Informan kunci dari penelitian ini ada 2 informan yaitu kepala seksi pelatihan
sertifikasi dan kepala jurusan pelatihan menjahit sekaligus instruktur. Informan
pendukungnya ada 3 yaitu, TH, SM, dan RK. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan menggunakan peningkatan
ketekunan, perpanjangan pengamatan dan triangulasi. Analisis data yang dilakukan
penelitian ini dilaksanakan dengan mengumpulkan data, mereduksi data,
menyajikan data, dan menyimpulkan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan identifikasi kebutuhan
sumber yang dilakukan melalui Training Needs Analysis (TNA), penyusunan tujuan pelatihan sesuai dengan kemnakertrans yang telah terstruktur sesuai dengan
tujuan diadakannya pelatihan, dalam penyusunan kurikulum BLK Jember
berpedoman pada SKKNI (standar kompetensi kerja nasional Indonesia) yang telah
disediakan oleh kemnakertrans dan juga dikembangkan sesuai dengan keadaan
dilapangan. Penetapan materi diambil dari program pelatihan kemnakertrans yang
kemudian dikembangkan sehingga menjadi modul yang digunakan sebagai acuan
dalam pembelajaran, media pembalajaran terdapat power point, video daring,
pinterst dan peralatan menjahit sehingga sangat mendukung untuk membantu
proses kegiatan pelatihan berjalan dengan optimal. Pelaksanaan program pelatihan
telah sesuai dengan tahapan yang semestinya seperti diadakannya pembinaan
keakraban atau pembukaan sampai dengan tes akhir peserta pelatihan dan uji
kompetensi, yang mana penilaian pembelajaran pelatihan diadakan dua kali yaitu
oleh pihak BLK itu sendiri dan BNSP.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa manajemen program pelatihan
menjahit di Balai Latihan Kerja Jember menggunakan 7 tahapan yang harus
dilakukan yaitu, identifikasi kebutuhan sumber meliputi Training Needs Analysist
(TNA), penyusunan tujuan pelatihan sesuai dengan yang ada di kemnakertrans,
penyusunan kurikulum berpedoman pada SKKNI yang kemudian di kembangkan
sesuai keadaan di lapangan, penetapan materi menggunakan modul yang
dikembangkan dari kemnakertrans, penetapan media pembelajaran yang digunakan
di sini cukup beragam dan cukup lengkap, pelaksanaan pelatihan dan pada kegiatan
evaluasi pembelajaran berupa pemberian kuesioner yang diberikan kepada peserta
pelatihan yang nantinya dapat berguna untuk perbaikan pelatihan yang akan
diadakan di masa mendatang.