Konstruksi Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Banjir Musiman di Dusun Semboro Lor
Abstract
Dusun Semboro Lor merupakan salah satu dusun yang berada di Desa
Semboro, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Dusun Semboro Lor berada
pada daerah dataran rendah yang dilewati oleh beberapa aliran sungai dari daerah
pegunungan Argopuro. Salah satu aliran sungai yang melewati Dusun Semboro
Lor, yaitu Sungai Rowo. Diketahui bahwa Sungai Rowo mengalami pendangkalan
akibat sedimentasi yang terbawa oleh aliran air. Dangkalnya Sungai Rowo
mengakibatkan banjir luapan yang biasa terjadi saat musim hujan. Banjir terjadi 2-
3 kali setiap tahun. Banjir yang terjadi di Dusun Semboro Lor telah membentuk
masyarakat dalam membangun sikap kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk antisipasi terhadap
bencana melalui langkah-langkah tepat guna. Kesiapsiagaan dibentuk agar
masyarakat dapat menyiapkan diri dalam mengurangi dampak bencana dan
melakukan upaya dalam menghadapi keadaan darurat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Setting
penelitian yaitu di Dusun Semboro Lor RW 27. Informan dipilih menggunakan
metode purposive sampling. Informan dibagi menjadi dua, yaitu informan primer
yang merupakan masyarakat Desa Semboro RW 27 dan pernah terdampak oleh
banjir dan memiliki kesiapsiagaan. Selanjutnya, yaitu informan sekunder yang
merupakan stakeholder seperti Kepala Desa Semboro dan staff BPBD Kabupaten
Jember. Data didapat dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini di analisis menggunakan teori konstruksi sosial oleh
Peter Berger dan Thomas Luckmann. Konstruksi sosial merupakan proses
pembangunan suatu pengetahuan pada masyarakat berdasarkan kenyataan yang
telah diterima. Hasil penelitian diperoleh bahwa banjir disebut merugikan karena
terdapat beberapa masyarakat yang mendapatkan kerugian dari kejadian banjir di tempat tinggalnya. Alasan masyarakat tetap tinggal tidak lain karena beberapa
faktor seperti ekonomi, mempertahankan rumah warisan dari orang tua, dan rumah
satu-satunya.
Masyarakat Dusun Semboro Lor mendapat pengetahuan mengenai bencana
banjir dari hasil penjelasan turun temurun, berdasarkan pengalaman pribadi,
melalui media massa, sosialisasi di sekolah dan sosialisasi dari badan
penanggulamgan bencana daerah Kabupaten Jember. Pengetahuan yang didapat
oleh masyarakat Dusun Semboro Lor merupakan tahap ekternalisasi. Tahap
eksternalisasi, yaitu tahap masyarakat mendapatkan kenyataan yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya, selanjutnya masyarakat mendapat pengetahuan dari
kenyataan yang telah mereka terima. Selanjutnya pada tahap objektivasi, yaitu
proses interaksi di lingkungan masyarakat berupa pembuatan kebijakan oleh
pemerintah dan interaksi antar individu di dalam masyarakat khusunya di Dusun
Semboro Lor untuk melakukan tindakan dari pengetahuan yang dimiliki. Dari
kejadian banjir, masyarakat Dusun Semboro Lor berupaya membangun tindakan
kesiapsiagaan dalam pengurangan risiko bencana berdasarkan pedoman
pengetahuan yang dimiliki maupun berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Setelah melalui tahap eksternalisasi dan objektivasi, maka masyarakat
akan menginternalisasi dengan cara mengidentifikasi dan melakukan tindakan
pengurangan risiko bencana. Tindakan yang dilakukan masyarakat antara lain, yaitu
meninggikan rumah, menanam tanaman yang dapat bertahan di lahan banjir, dan
membuat kandang ternak model panggung, penyebaran informasi bencana,
pemasangan pembatas air di pintu rumah, dan mengamankan harta benda.