Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Provinsi Kalimantan Selatan (Analisis Data Riskesdas 2018)
Abstract
Pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat secara turun-temurun, bahkan pengobatan tradisional mengalami perkembangan dalam menangani permasalahan kesehatan baik di perkotaan maupun dipedesaan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 diketahui bahwa pemanfaatan yankestrad masih belum merata. Provinsi Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia, hal ini dapat terjadi dikarenakan pada pasien dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan kesehatan yang dimungkinkan masih mempercayai pada sosial budaya termasuk pada keyakinan agama, budaya, hingga keterjangkauan biaya. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional di Provinsi tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan sumber data sekunder yang berasal dari Riskesdas 2018. Sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh anggota rumah tangga yang melakukan wawancara dan bertempat tinggal di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah responden sebanyak 18.479. analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square.
Analisis analitik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa banyak responden yang memanfaatkan yankestrad baik dengan bantuan tenaga kesehatan ataupun dengan melakukan upaya sendiri. Selain itu, mayoritas responden baik yang memanfaatkan yankestrad, melakukan upaya sendiri, dan yang tidak memanfaatkan yankestrad berjenis kelamin perempuan (51,91%, 58,09%, 52,36). Usia responden memanfaatkan yankestrad pada rentang usia 0 – 14 tahun (24,51%), responden yang melakukan upaya sendiri mayoritas pada rentang usia 35 – 45 tahun (20,98%), dan masyarakat yang tidak melakukan pemanfaatan yankestrad pada rentang usia 0 – 14 tahun (35,42%). Sebagian responden baik yang melakukan pemanfaatan yankestrad, melakukan upaya sendiri, maupun yang tidak memanfaatkan yankestrad memiliki pendidikan terakhir tamatan SD/MI (30,59%, 30,51%, dan 31,46%). Sebagian besar responden yang memanfaatkan yankestrad dan melakukan upaya sendiri pada variabel waktu tempuh dari rumah responden ke rumah sakit termasuk dalam kategori lambat atau lebih dari 30 menit (54,67% dan 53,25%). Responden baik yang memanfaatkan yankestrad, melakukan upaya sendiri, maupun yang tidak memanfaatkan yankestrad pada variabel waktu tempuh dari rumah responden ke puskesmas termasuk dalam kategori cepat atau kurang dari 30 menit (86,08%, 82,15%, dan 84,56%), Selain itu responden baik yang memanfaatkan yankestrad, melakukan upaya sendiri, maupun yang tidak memanfaatkan yankestrad pada variabel waktu tempuh dari rumah responden ke klinik atau praktek dokter termasuk dalam kategori cepat atau kurang dari 30 menit (93,06%, 93,09%, dan 91,27%).
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan hasil nilai signifikan sebesar <0.005, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada variabel jenis kelamin (p<0,001), usia (p<0,001), pekerjaan (p<0,001), waktu tempuh ke rumah sakit/puskesmas/klinik dokter (p<0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional. Dari hasil diatas, diharapkan masyarakat lebih memilih pada jenis pemberi pelayanan dokter atau tenaga kesehatan yang berpengalaman dan untuk pemerintah setempat diharapkan lebih memantau kembali terkait dengan yankestrad di wilayahnya agar masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dan pemberi layanan lebih merasa aman
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]