dc.description.abstract | Mata pelajaran fisika menuntut siswa untuk dapat berpikir kritis dan bernalar
melalui sebuah eksperimen yang kemudian dapat dianalisis. Hal tersebut yang
menyebabkan salah satu alasan siswa menganggap sulit pada mata pelajaran fisika
karena masih banyak memuat rumus secara matematis yang terkandung
didalamnya. Salah satu cara memudahkan siswa untuk lebih memahami mata
pelajaran fisika adalah dengan mengkaitkannya dengan budaya lokal yang ada
disekitar tempat tinggal mereka, salah satunya adalah proses pembuatan batik
tradisional. Sehingga dengan adanya inovasi yang kreatif dengan menggunakan
flipbook digital yang berisikan materi fisika dalam proses pembuatan batik
tradisional dapat mengurangi rasa jenuh siswa selama proses pembelajaran.
Fisika merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran sains. Suhu, kalor dan
fluida merupakan salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran fisika.
Etnosains adalah suatu kegiatan yang menghubungkan antara sains asli atau sains
yang berada dimasyarakat dengan sains ilmiah. Batik merupakan salah satu warisan
budaya Indonesia yang telah turun temurun hingga saat ini. Proses pembuatan batik
terdapat beberapa tahapan diantaranya yaitu membuat desain, mencanting,
pewarnaan, pelorodan, hingga penjemuran. Tahapan dari proses tersebut dapat
dianalisis sehingga dapat menghasilkan buku ajar flipbook digital yang berisikan
materi fisika pada proses pembuatan batik tradisional.
Penelitian ini berlokasi di UMKM Batik Tresno dan Lab Kimia Universitas
Jember pada bulan Oktober hingga November 2022. Jenis penelitian ini yaitu
penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi. Alat dan bahan
yang digunakan selama penelitian yaitu canting cecek, canting isen, canting
klowong, canting tembokan, kompor, wajan, lilin, kaki tiga, gelas ukur,
thermometer inframerah, neraca digital, alat pengukur ketebalan, lilin batik. Teknik pengumpulan data menggunakan beberapa cara yaitu dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian konsep suhu kalor dan fluida yang terdapat dalam proses
pembuatan batik terfokus pada proses mencating batik, pelorodan, penjemuran, dan
penjemuran. Analisis konsep suhu dan kalor diawali dengan pengukuran massa lilin
batik sebelum di panaskan, kemudian lilin batik diukur suhu awal dengan
menggunakan termometer. Setelah diukur suhu awal kemudian lilin batik
dipanaskan hingga mencair dan diukur suhu akhirnya. Setelah diketahui suhu awal
dan suhu akhir kemudian dimasukkan pada persamaan (2.1) dengan kalor jenis lilin
batik 2.200 J/Kg. Setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan pada konsep suhu
kalor kemudian dilanjutkan dengan pengukuran diameter canting batik
menggunakan alat pengukur ketebalan. Canting batik yang digunakan terdapat
empat macam canting diantaranya canting cecek, canting isen/tulis, canting
klowong, canting tembokan. Setiap canting dilakukan sebanyak lima kali proses
pengukuran untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Setelah diketahui diameter
canting batik dilanjutkan dengan pengukuran debit aliran pada masing-masing
canting batik. Setelah diketahui diameter dan volume aliran masing-masing lilin
batik dilanjutkan dengan proses perhitungan debit aliran dengan memasukkan pada
persamaan (2.2).
Berdasarkan hasil analisis konsep fisika pada proses pembuatan batik yaitu
lilin batik yang mudah berubah wujud jika dikenai suhu sehingga sesuai dengan
konsep suhu kalor dan perubahan wujud. Konsep fluida yang terdapat pada proses
pembuatan batik terdapat pada proses mencanting batik, yaitu aliran lilin yang ada
pada canting hingga menempel pada kain batik, sehingga pada konsep fluida fokus
pada pengukuran dan perhitungan pada debit aliran fluida. Buku ajar flipbook
digital dipilih untuk memudahkan siswa dalam mengakses materi pelajaran selain
itu tampilan yang menarik disertai dengan lagu dapat mengurangi rasa jenuh dan
kebosanan pada siswa. Beberapa inovasi batik hingga saat ini dapat menunjukkan
bahwa batik masih eksis hingga saat ini dengan adanya berbagai macam produk
yang terbuat dari batik | en_US |