Flexing Sebagai Artikulasi Identitas Mahasiswa Generasi Z Di Instagram
Abstract
Flexing sering dilakukan oleh Generasi Z di media sosial Instagram.
Tindakan ini dilakukan agar Generasi Z bisa mendapatkan attention dari orang lain.
Pemilihan Instagram untuk melakukan flexing dikarenakan media ini cukup lunak
dalam menyajikan konten kesempurnaan yang akhirnya mendorong penonton
untuk menunjukkan konten serupa. Hal ini menjadikan Instagram mengalami
pergeseran fungsi. Instagram bertransformasi menjadi mesin hasrat untuk
menampilkan gambar tubuh yang menarik perhatian. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mendeskripsikan dan menganalisis flexing sebagai fenomena di media sosial
yang dapat membentuk artikulasi identitas bagi mahasiswa Generasi Z di
Instagram. Penelitian ini menggunakan teori simulasi hiperrealitas oleh Jean
Baudrillard. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif
pendekatan etnografi virtual oleh Christine Hine. Hasil dari penelitian ini yaitu
flexing yang dilakukan Generasi Z di Instagram terbagi menjadi tiga kategori yaitu
flexing gaya hidup, flexing prestasi, dan flexing hobi baru. Flexing tidak lagi
memiliki makna negatif melainkan menjadi tindakan yang wajar dilakukan agar
Generasi Z bisa mengartikulasikan identitas sosial atau menegaskan identitas
sosialnya. Pemilihan Instagram untuk flexing tampaknya menjadikan media ini
sebagai mesin hasrat bagi masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Dalam kondisi
ini subjek flexing kerap menampilkan fragmentasi tubuh yang palsu, sehingga tidak
ayal jika Generasi Z sering melakukan simulasi pada postingan di Instagram.