Show simple item record

dc.contributor.authorImanda Eka Desianti
dc.date.accessioned2013-12-24T04:33:41Z
dc.date.available2013-12-24T04:33:41Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nimNIM080910101044
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12271
dc.description.abstractKonflik yang melibatkan dua negara di kawasan Asia Tenggara, antara Thailand dan Kamboja, dipicu oleh sengketa kepemilikan wilayah perbatasan yang berada di Candi Preah Vihear, Kamboja. Konflik ini sudah berawal sejak 1904 dan mengalami eskalasi setelah pengukuhan Candi Preah Vihear, yang terletak di wilayah yang diperebutkan menjadi salah satu warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2008. Konflik terjadi kembali ketika jatuh korban jiwa dari masing-masing negara pada tahun 2011, saat Indonesia menjadi ketua bergilir ASEAN. Indonesia mengambil inisiatif untuk menjadi mediator dalam konflik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif Indonesia sebagai Ketua ASEAN dalam mengatasi konflik Kamboja dan Thailand tahun 2011. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif Indonesia sebagai Ketua ASEAN dalam mengatasi konflik Kamboja dan Thailand tahun 2011 adalah pertama, sebagai Ketua ASEAN Indonesia ingin meningkatkan stabilitas keamanan regional. Kedua, Indonesia berkepentingan untuk menyelesaikan konflik-konflik keamanan ASEAN melalui mekanisme ASEAN Security Community Dengan memanfaatkan momentum keketuaan ASEAN pada tahun 2011, Indonesia secara aktif mendorong perdamaian konflik antara Thailand dan Kamboja melalui mediasi. Melalui keberhasilan mediasi tersebut, dalam menciptakan perdamaian antara Thailand dan Kamboja, Indonesia dapat meningkatkan kredibilitas dan prestise kepemimpinannya di ASEAN. Kesadaran akan pentingnya ASEAN dan stabilitas keamanannya bagi keamanan nasional Indonesia menjadi alasan untuk mencapai kepentingannya dengan mengagas ASC. Indonesia memainkan pearan yang cukup penting mengingat gagasannya untuk membangun ASC sebagai salah satu pilar utama dalam proses pembentukan ASEAN Community yang akan dicapai pada tahun 2015. Berangkat dari fakta ini, maka menimbulkan pemikiran bahwa konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja yang terjadi kembali pada tahun 2011 bertolak belakang dengan kepentingan Indonesia yang berambisi membentuk ASC sebagai sebuah instrumen yang tidak hanya berfungsi untuk melanggengkan eksistensi kredibilitas Indonesia di ASEAN melainkan juga berkaitan erat dengan kepentingan Indonesia untuk mencapai keamanan nasional melalui ketahanan regional.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910101044;
dc.subjectIndonesia, ASEAN, konflik Kamboja-Thailanden_US
dc.titleMotif Indonesia sebagai Ketua ASEAN dalam Mengatasi Konflik Kamboja dan Thailand Tahun 2011en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record