Show simple item record

dc.contributor.authorAprilliana, Astri
dc.date.accessioned2024-07-17T06:18:16Z
dc.date.available2024-07-17T06:18:16Z
dc.date.issued2023-06-12
dc.identifier.nim170910101083en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/122557
dc.description.abstractInggris adalah salah satu negara di Uni Eropa dengan pendapatan nasional terbesar dan tingkat aset tertinggi. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa sejak tahun 1986 hingga tahun 2010, perdagangan Inggris dengan anggota Uni Eropa masih bernilai lebih tinggi daripada perdagangannya dengan negara-negara nonUni Eropa. Keinginan warga negara Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa tidak terpengaruh oleh kerja sama ekonomi yang substansial antara Inggris dan Uni Eropa atau keuntungan yang diberikannya kepada rakyat Inggris. Salah satu alasan Inggris ingin meninggalkan kawasan Uni Eropa adalah beban ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh partisipasi Inggris dalam inisiatif integrasi regional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa perubahan hubungan perdagangan internasional Inggris dengan Uni Eropa setelah Inggris resmi Brexit, karena setelah Inggris resmi meninggalkan kawasan Uni Eropa tentunya akan ada perubahan hubungan dan aturan baru diantara keduanya. Penelitian ini menggunakan perdagangan internasional sebagai kerangka teori dan hambatan perdagangan (Trade Barrier) sebagai kerangka konseptual dalam menganalis penulisan skripsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan data dikumpulkan melalui berbagai sumber tertulis seperti buku, jurnal, dokumen negara, laporan, portal berita dan lain sebagainya, untuk selanjutnya memasuki tahap-tahap analisis yang diperlukan. Hasil dari penelitian ini yaitu setelah Inggris resmi keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau Brexit, terjadi perubahan hubungan perdagangan internasional diantara Inggris dengan Uni Eropa. Perubahan hubungan perdagangan Inggris dengan Uni Eropa meliputi pasar bebas dan pergerakan bebas orang yang awalnya Inggris memiliki hak dalam pasar bebas dan pergerakan bebas orang di kawasan Uni Eropa tetapi setelah Inggris memutuskan Brexit, hak pasar bebas dan pergerakan bebas orang tidak sebebas saat Inggris masih menjadi bagian dari Uni Eropa. Meskipun Inggris dan Uni Eropa memberlakukan TCA yang diperkirakan membantu Inggris dan Uni Eropa dalam bidang perdagangan, tetapi inflasi dan penurunan mata uang pounsterling tidak bisa terhindarkan karena ekspor meningkat tetapi impor naik lebih tajam menyebabkan nilai mata uang pounsterling berada dibawah tekanan.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Suyani Indriastuti ,S.Sos., M.Si., Ph.D. Dosen Pembmbing Anggota : Drs. Djoko Susilo , M.Si.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectPerdagangan Internasional Inggrisen_US
dc.subjectUni Eropaen_US
dc.subjectBritish Exit (BREXIT)en_US
dc.titlePerubahan Hubungan Perdagangan Internasional Inggris dengan Uni Eropa Pasca British Exit (BREXIT)en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiHubungan Internasionalen_US
dc.identifier.pembimbing1Suyani Indriastuti ,S.Sos., M.Si., Ph.D.en_US
dc.identifier.pembimbing2Drs. Djoko Susilo , M.Si.en_US
dc.identifier.validatorKacung- 2 Agustus 2023en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2024_07_tanggal 10en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record