Mitos Penyucian Pusaka Wedeng Pace Masyarakat Desa Pace Kabupaten Jember
Abstract
Mitos adalah bagian dari folklor yang berupa kisah masa lampau,
mengandung penafsiran tentang alam semesta, serta diangap benar-benar terjadi
oleh yang mempercayainya. Berdasarkan bentuk kesastraan yang ada, mitos di
Indonesia disebarkan dan diturunkan dalam bentuk hibrida (berpadu) dengan
bentuk tradisi yang lain yang sangat beragam, dan tidak dalam bentuk mite
(dongeng kepercayaan) saja. Bentuk-bentuk tradisi lisan yang dimaksud misalnya,
sage, mite, fable, legenda, dongeng, epos, kepercayaan rakyat, puisi dan nyanyian
rakyat, ungkapan tradisional (peribahasa), mantra, dan pertanyaan tradisonal
(teka-teki). Hal tersebut sesesuai dengan pendapat Wulandari (dalam Susanti,
2013:1), yang menyatakan dalam "Kebudayaan memiliki bentuk yang bersifat
konkret dan bersifat abstrak" salah satu bentuk kebudayaan yang bersifat abstrak
adalah mitos. Mitos adalah suatu kepercayaan dalam masyarakat yang berupa
cerita dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi satu ke generasi
berikutnya.
Pusaka Wedung Pace ini juga mempuyai beberapa ciri-ciri diantaranya
Handel Wedung Pace dibentuk atau diukir menyerupai kepala burung tatat (jenis
burung betet), Panjang bilah rata-rata diatas 45 cm, lebarnya tidak lebih dari 2,5-3
cm, sedangkan ketebalannya rata-rata 5-6mm, dengan pangkal bilah yang lebih
kecil dari bagian ujung bilah. Pada Wedung Pace, ujung bilah berbentuk tumpul
tajam dan tidak runcing. Bentuk bilah Wedung Pace membentuk menyerupai
lengkung pelepah pisang jika dibalik Wedung Pace mengandung besi meteorid
atau sejenisnya, sehingga jika diberikan warangan campuran-campuran logam
tersebut membentuk sejenis pamor seperti pamor yang ada di bilah keris pada
umumnya. Wedung Pace memiliki besi atau logam yang sudah menjadi bilah
terkesan kasar (ngerasak) namun kuat.
Penelitian ini dirancang menggunakan kualitatif dengan pendekatan
etnografi. Data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan
dokumentasi. Data berasal dari wawancara dari narasumber. Prosedur dalam
penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap penyelesaian.
Hasil dan simpulan pada penelitian ini terbagi menjadi lima subab.
Pertama wujud mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace masyarakat Desa Pace,
Silo, Kabupaten Jember. Kedua hubungan mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace
dengan sejarah PKI di Desa Pace, Silo, Kabupaten Jember serta prosesi ritual
Penyucian Pusaka Wedung Pace. Ketiga makna simbolik yang terkandung dalam
mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace. Keempat fungsi dan nilai yang
terkandung dalam mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace Masyarakat Desa Pace,
Silo, Kabupaten Jember dan yang kelima pemanfaatan mitos Penyucian usaka
Wedung Pace Masyarakat Desa Pace, Silo, Kabupaten Jember sebagai alternative
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA/MA yang meliputi: identitas
pembelajaran, materi pembelajaran teks cerita rakyat.
Saran yang dapat diberikan adalah 1) Disampaikan berdasarkan hasil
penelitian mengenai mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace masyarakat Desa
Pace, Silo, Kabupaten Jember. adalah sebagai berikut: Dalam penelitian mitos
Penyucian Pusaka Wedung Pace masyarakat Desa Pace, Silo, Kabupaten Jember.
Penelitian ini terbatas data-data mengenai ritual yang dilakukan di desa Pace
belum sepenuhnya terungkap karena terhambat oleh waktu dan tenaga. Oleh
karena itu, peneliti selanjutnya diharapkan untuk memfokuskan penelitiannya
pada upacara Tradisi Penyucian pusaka. 2) Hasil penelitian ini memberikan
gambaran bahwa asal-usul mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace masyarakat
Desa Pace, Silo, Kabupaten Jember. memiliki nilai dan fungsi yang didalamnya
dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat. 3) Bagi guru Bahasa dan Sastra
Indonesia wujud mitos Penyucian Pusaka Wedung Pace masyarakat Desa Pace,
Silo, Kabupaten Jember. ini dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajarn
tentang cerita rakyat.