Show simple item record

dc.contributor.authorALFIYAH, Ayun Wahidatul
dc.date.accessioned2024-06-11T07:13:57Z
dc.date.available2024-06-11T07:13:57Z
dc.date.issued2024-03-04
dc.identifier.nim180110401007en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/121346
dc.description.abstractTahun 2019, layar lebar indonesia memberikan nuansa baru dengan mengangkat tema kontroversial tentang kehidupan seputar seksual di kalangan remaja yang terbilang tabu di masyarakat. Film Dua Garis Biru merupakan film pertama Gina S.Noer sebagai seorang sutradara. Gina S. Noer mengawali karirnya sebagai penulis skenario film Ayat-Ayat Cinta (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Queen Bee (2009). Penelitian ini menggunakan teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud untuk mengetahui bagaimana kepribadian Dara dalam film Dua Garis Biru. Teori kepribadian yang ditemukan oleh Sigmund Freud terkenal dengan istilah psikoanalisis. Dalam teori ini, kepribadian dipandang sebagai sebuah struktur yang terdiri dari tiga aspek atau sistem, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga aspek tersebut menyebabkan manusia selalu berada dalam keadaan berperang dengan sendirinya, resah, gelisah, dan tertekan. Bila ketiganya bekerja dengan seimbang, maka akan memperlihatkan watak yang wajar. Saat seseorang menghadapi persoalan atau pilihan maka salah satu dari ketiga unsur tersebut akan ada yang mendominasi dan kepribadian dalam memutuskan atau menyelesaikan persoalan itu. Hal tersebut yang menjadi alasan penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Karater Dara dalam film Dua Garis Biru relavan bagi generasi muda, tidak hanya sebagai cerminan dari dinamika Id, Ego, dan Superego, tapi juga sebagai representasi konflik internal yang dipengaruhi oleh norma – norma social dan budaya. Melalui film Dua Garis Biru ini, remaja dapat belajar tentang tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka, serta memahami pentingnya menghadapi tantangan hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab. Film Dua Garis Biru juga membuka wawasan tentang bagaimana konteks budaya mempengaruhi pemahaman kita tentang diri dan hubungan kita dengan orang lain, seperti yang di gambarakan dalam teori Sigmund Freud tentang iri penis dan kecemasan katrasi, yang harus di pahami dalam konteks social dan budaya yang lebih luas.en_US
dc.description.sponsorshipDosen Pembimbing Utama : Dr. Bambang Aris Kartika S.S., M,A., Dosen Pembimbing Anggota : Soekma Yeni Astuti, S.SN.,M.Sn.,en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectKajian Psikoanalisis Sigmund Freuden_US
dc.subjectKarakter Daraen_US
dc.subjectFilm Dua Garis Biru (2019)en_US
dc.titleKajian Psikoanalisis Sigmund Freud terhadap Karakter Dara dalam film Dua Garus Biru (2019)en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiTelevisi Dan Filmen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Bambang Aris Kartika S.S., M,A.,en_US
dc.identifier.pembimbing2Soekma Yeni Astuti, S.SN.,M.Sn.en_US
dc.identifier.validatorKacung- 18 April 2024en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2024_06_tanggal 11en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record