Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud terhadap Karakter Dara dalam film Dua Garus Biru (2019)
Abstract
Tahun 2019, layar lebar indonesia memberikan nuansa baru dengan
mengangkat tema kontroversial tentang kehidupan seputar seksual di kalangan
remaja yang terbilang tabu di masyarakat. Film Dua Garis Biru merupakan film
pertama Gina S.Noer sebagai seorang sutradara. Gina S. Noer mengawali karirnya
sebagai penulis skenario film Ayat-Ayat Cinta (2008), Perempuan Berkalung
Sorban (2009), Queen Bee (2009). Penelitian ini menggunakan teori kepribadian
yang dikemukakan oleh Sigmund Freud untuk mengetahui bagaimana kepribadian
Dara dalam film Dua Garis Biru. Teori kepribadian yang ditemukan oleh
Sigmund Freud terkenal dengan istilah psikoanalisis. Dalam teori ini, kepribadian
dipandang sebagai sebuah struktur yang terdiri dari tiga aspek atau sistem, yaitu
id, ego, dan superego. Ketiga aspek tersebut menyebabkan manusia selalu berada
dalam keadaan berperang dengan sendirinya, resah, gelisah, dan tertekan. Bila
ketiganya bekerja dengan seimbang, maka akan memperlihatkan watak yang
wajar. Saat seseorang menghadapi persoalan atau pilihan maka salah satu dari
ketiga unsur tersebut akan ada yang mendominasi dan kepribadian dalam
memutuskan atau menyelesaikan persoalan itu. Hal tersebut yang menjadi alasan
penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk menjawab
permasalahan dalam penelitian ini.
Karater Dara dalam film Dua Garis Biru relavan bagi generasi muda, tidak
hanya sebagai cerminan dari dinamika Id, Ego, dan Superego, tapi juga sebagai
representasi konflik internal yang dipengaruhi oleh norma – norma social dan
budaya. Melalui film Dua Garis Biru ini, remaja dapat belajar tentang tanggung
jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka, serta memahami pentingnya
menghadapi tantangan hidup dengan cara yang matang dan bertanggung jawab.
Film Dua Garis Biru juga membuka wawasan tentang bagaimana konteks budaya mempengaruhi pemahaman kita tentang diri dan hubungan kita dengan orang lain,
seperti yang di gambarakan dalam teori Sigmund Freud tentang iri penis dan
kecemasan katrasi, yang harus di pahami dalam konteks social dan budaya yang
lebih luas.