Investigasi Air Tanah Sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Tanah Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas 2D di Desa Kemuningsarilor Jember
Abstract
Sumber daya air memiliki peranan yang besar dalam mendukung kehidupan
manusia dalam memenuhi kebutuhan air. Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan
air yang terus meningkat dari waktu ke waktu, ada potensi bahwa ketersediaan air
tanah akan menjadi semakin terbatas, terutama saat terjadi perubahan iklim yang
drastis. Di beberapa tempat, pemenuhan kebutuhan air tanah dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari mengalami kesulitan terutama pada saat musim kemarau
panjang seperti Desa Kemuningsarilor, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember
tepatnya di Dusun Kemuning Krajan dan Sumbersari. Masyarakat desa ini
bergantung pada sumber air yang berasal dari dari mata air, sungai, dan sumur
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terdapat 30% dari ±1.800 rumah
menggunakan sumur galian. Sumur yang masih aktif memiliki muka air tanah pada
kedalaman (10-13) m. Namun, pada musim kemarau tiba, kondisi diperburuk
dengan adanya sumur-sumur yang mengering. Hal ini memaksa sebagian warga
menggunakan air yang disalurkan melalui pipa sebagai alternatif pemenuhan
kebutuhan air tanah, walaupun sistem pipanisasi ini tersebut terbukti kurang efisien
dan rentan terhadap kebocoran. Selama musim kemarau tiba, debit air yang
dikeluarkan juga terbatas, sehingga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
air tanah sehari-hari. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan guna mengetahui
potensi persebaran air tanah beserta kedalamannya. Langkah ini bertujuan untuk
mendukung optimalisasi pemanfaatan sumber air tanah melalui pembuatan sumur
dan irigasi pertanian dalam menghadapi dampak perubahan iklim drastis terutama
selama musim kemarau panjang.
Metode yang digunakan dalam investigasi persebaran air tanah yaitu metode
geolistrik resistivitas. Metode ini merupakan teknik yang digunakan untuk
memahami sifat-sifat batuan di bawah permukaan tanah berdasarkan nilai
resistivitas batuan. Prinsip kerja dari metode geolistrik resistivitas yaitu dilakukan
penginjeksian arus listrik DC ke permukaan tanah melalui dua elektroda arus dan
dua elektroda potensial yang digunakan untuk mengukur nilai beda potensial.
Sehingga nilai resistivitas bawah permukaan dapat diketahui. Penelitian ini
menggunakan metode geolistrik resistivitas 2D konfigurasi Wenner-Schlumberger.
Konfigurasi Wenner-Schlumberger merupakan gabungan antara konfigurasi
Wenner dan Schlumberger. Kelebihan konfigurasi ini yaitu memiliki penetrasi yang
tinggi di berbagai kedalaman, sehingga dapat menjangkau keberadaan air tanah
dangkal maupun dalam. Penelitian ini menggunakan tiga lintasan, di mana lintasan
1 dan 3 memiliki panjang masing-masing 171 meter dengan spasi 9 dan n=1,2,3,4,5,6,7,8 sementara lintasan 2 memiliki panjang 152 m dengan spasi 8 dan
n=1,2,3,4,5,6,7,8. Setelah data lapang diperoleh, pengelolaan data dilakukan
menggunakan Microsoft Excel untuk mendapatkan nilai resistansi (R) dan faktor
geometri (K) sehingga nilai resistivitas semu (𝜌𝑎) diketahui. Data yang sudah
diolah selanjutnya dimodelkan dalam bentuk 2D menggunakan software Res2Dinv
untuk memperoleh citra sebaran resistivitas di setiap lokasi penelitian. Pada
Res2Dinv, nilai resistivitas semu akan diubah menjadi resistivitas sebenarnya
dengan metode inversi. Hasil inversi mencangkup informasi berupa penampang
sebaran resistivitas bawah permukaan, yang selanjutnya diinterpretasikan dan
dianalisis menggunakan nilai resistivitas batuan pada referensi. Validitas hasil ini
divalidasi dengan membandingkan nilai resistivitas yang diperoleh dengan nilai
resistivitas akuifer geologi setempat dengan acuan nilai resistivitas,data geologi,
nilai akuifer dan tabel referensi.
Hasil pengolahan data 2D menggunakan software Res2Dinv menunjukkan
citra sebaran resistivitas bawah permukaan. Pada citra 2D tersebut terdapat
penampang horizontal yang menggambarkan panjang lintasan dan penampang
vertikal yang mencerminkan kedalaman. Jenis material bawah permukaan masingmasing lokasi penelitian yaitu air tanah, lempung berpasir dan kerikil. Indikasi
persebaran potensi air tanah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa adanya
potensi air tanah yang tersebar di masing-masing lintasan karena memiliki nilai
resistivitas yang rendah dengan nilai resistivitas (11,1-29,8) Ωm yang memilili
karakteristik tanah yang dapat menyimpan dan meloloskan air. Lintasan 1 memiliki
kedalaman sebesar (10,8-26,5) m dengan ketebalan lapisan akuifernya ±16 m. Hasil
tersebut diperkuat oleh keberadaan sumur warga yang memiliki muka air tanah
relatif sama yaitu 11 m, terletak sekitar ±30 m dari lintasan penelitian. Lintasan 2
dengan kedalaman (10,2-19,1) m dengan ketebalan air tanahnya ±9 m. Sedangkan
kedalaman di lintasan 3 sebesar (9,1-24,5) m dengan ketebalan air tanahnya yaitu
±15 m. Dugaan ini diperkuat oleh keberadaan vegetasi tanaman berakar pendek
seperti padi, jagung dan edamame yang tumbuh dengan baik, menjadi indikasi
bahwa lapisan tanah di lokasi ini memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menyimpannya air sebagai lapisan air tanah. Berdasarkan hasil penelitian lintasan
1 dan 3 berpotensi digunakan sebagai sumber air tanah untuk sumur atau irigasi
persawahan karena, kedua lokasi ini memiliki lapisan akuifer yang cukup tebal.
Sedangkan lintasan 2 memiliki lapisan akuifer yang tipis sehingga kurang cocok
dalam pembuatan sumur, karena berpotensi sumur akan mengering. Informasi
terkait potensi persebaran air tanah ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air
tanah di Desa Kemuningsarilor, Kecamatan Panti tercukupi dengan baik, terutama
selama musim kemarau panjang yang sering terjadi di kawasan tersebut.