dc.description.abstract | Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan vektor utama penyebaran penyakit
demam berdarah dengue yang cenderung meningkat di Indonesia. Berdasarkan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Jember masih dikategorikan
sebagai daerah endemis DBD di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah kasus pada
tahun 2019 sebanyak 998 kasus. Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti L. dapat
dilakukan dengan menaburkan bubuk abate untuk menekan populasi nyamuk.
Namun, penggunaannya dalam jangka lama dapat menimbulkan dampak negatif
seperti resistensi dan kurang ramah lingkungan. WHO menganjurkan penggunaan
zat kimia alami yang berasal dari tumbuhan karena memiliki sifat yang mudah
terurai (biodegradable) dibandingkan insektisida kimiawi. Beberapa bahan aktif
pada tumbuhan yang bersifat racun terhadap larva nyamuk penyebab DBD adalah
saponin, tanin, flavonoid dan alkaloid.
Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu tanaman yang
berpotensi sebagai insektisida alami, yaitu pada bagian biji yang mengandung
senyawa saponin, flavonoid, dan tannin. Penelitian mengenai toksisitas granula
ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill.) terhadap mortalitas larva nyamuk
Aedes aegypti L. yang pernah dilakukan menunjukkan LC₅₀ dalam waktu dedah
24 jam adalah 37,89 ppm. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terkait
teknologi sediaan solid Edisi Tahun 2018 menyebutkan granulat sebaiknya
memenuhi persyaratan yang meliputi bentuk dan warna yang sedapat mungkin
teratur (homogen), memiliki distribusi butir yang kecil, memiliki daya hancur
yang baik, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis toksisitas (LC₅₀) dan
karakteristik fisik granula ekstrak biji alpukat sebagai biolarvasida nyamuk Aedes
aegypti L. Tempat pelaksanaan penelitian di Sub Laboratorium Toksikologi
Pendidikan Biologi dan Laboratorium Farmasetika Universitas Jember. Tahap
penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak biji alpukat yang diproses secara
lanjut menjadi granula. Uji toksisitas meliputi uji pendahuluan dan uji akhir
menggunakan 20 larva uji untuk setiap perlakuan sesuai serial konsentrasi yang
dibutuhkan. Penentuan LC₅₀ diperoleh menggunakan analisis probit dengan
Software SPSS for Windows versi 25.0. Uji karakteristik fisik granula ekstrak biji
alpukat meliputi uji kadar lembab, uji laju alir, uji sudut istirahat, uji distribusi
ukuran partikel, dan uji waktu terdispersi granula. Hasil uji dianalisis secara
deskriptif berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terkait
teknologi sediaan solid Edisi Tahun 2018 dan Farmakope Indonesia Edisi V.
Hasil penelitian menunjukkan LC₅₀ granula ekstrak biji alpukat terhadap
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. dalam waktu dedah 24 jam adalah
264,409 ppm dengan batas bawah 239,479 ppm dan batas atas 285,584 ppm. Nilai
toksisitas granula ekstrak biji alpukat terhadap larva nyamuk Aedes aegypti L.
termasuk dalam kategori toksik. Hasil uji karakteristik fisik menunjukkan granula
ekstrak biji alpukat memenuhi standar uji stabilitas fisik granula dengan kadar
lembab sebesar 3,71%, laju alir 10,69g/detik, sudut istirahat 33,6⁰, memiliki
distribusi ukuran partikel yang sempit dan tergolong sangat halus (very fine), serta
waktu terdispersi granula selama 4,6 menit. Hasil penelitian mengenai toksisitas
dan karakteristik fisik granula ekstrak biji alpukat dimuat pada media informasi
leaflet yang telah divalidasi oleh 4 validator, yaitu dosen pertama sebagai ahli
materi, dosen kedua sebagai ahli media, satu masyarakat akademis, dan satu
masyarakat umum. Hasil validasi yang diperoleh dengan rata-rata skor sebesar
37,5 tergolong kategori sangat layak sebagai media untuk menyampaikan
informasi kepada masyarakat dengan revisi yang telah dilakukan penulis. | en_US |