Alih Kode dan Campur Kode dalam Vlog Youtube “Amelicano” Tahun 2019: Kajian Sosiolinguistik
Abstract
Maraknya penggunaan media sosial khususnya Youtube di Indonesia, menyebabkan para konten kreator melakukan komunikasi dalam berbagai bahasa untuk dapat dinikmati oleh masyarakat lokal maupun masyarakat luar dengan ciri khasnya masing-masing. Salah satu konten kreator Indonesia, yaitu Amelia Tantono, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Amelia juga menggunakan bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa Korea untuk variasi dalam konten-konten yang dibuatnya. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan jenis alih kode, wujud campur kode, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam vlog Youtube “Amelicano” tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah terdapat dua jenis alih kode, yaitu; 1) alih kode intern, dan 2) alih kode ekstern. Campur kode terdiri atas tujuh wujud yaitu; 1) penyisipan unsur kata, 2) penyisipan unsur frasa, 3) penyisipan unsur pengulangan kata, 4) penyisipan unsur baster, 5) penyisipan unsur idiom, 6) penyisipan unsur klausa, dan 7) penyisipan unsur kalimat. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode, yaitu; 1) faktor penutur, 2) faktor lawan tutur, 3) faktor hadirnya penutur ketiga, 4) faktor untuk membangkitkan rasa humor, dan 5) faktor untuk sekadar bergengsi. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah; 1) faktor keterbatasan penggunaan kode, 2) faktor penggunaan istilah yang lebih populer, 3) faktor pembicara dan pribadi sementara, 4) faktor mitra bicara, 5) faktor fungsi dan tujuan, 6) faktor ragam dan tingkat tutur bahasa, dan 7) faktor untuk sekadar bergengsi. Dalam vlog Youtubenya, Amelia Tantono juga melakukan alih kode dan campur kode sekaligus dalam satu komunikasi. Amelia dihadapkan oleh lebih dari satu lawan tutur yang memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda dan situasi yang mengharuskannya melakukan itu, seperti; membangkitkan rasa humor, dan menunjukkan bahwa ia dapat berbahasa tertentu atau sebagai identitas diri. Hal tersebut juga dilakukan sebagai strategi agar konten-konten yang dibuatnya terlihat menarik, dan mendapatkan banyak perhatian dari para subscriber-nya atau penonton yang sangat menyukai budaya Korea Selatan, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan monetisasi.