dc.description.abstract | Keterlibatan banyak institusi dalam tata kelola Pekerja Migran Indonesia (PMI) di
satu sisi menunjukan adanya perhatian serius pemerintah dalam memberikan layanan
yang terbaik kepada PMI sebagai pahlawan devisa. Namun di sisi lain, potensi
konflik kelembagaan kerap terjadi, khususnya Kementerian Tenaga Kerja
(Kemnaker) dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) yang
dalam praktiknya sama-sama berperan sebagai regulator dan sekaligus operator
sehingga kerang mimbulkan tabrakan kebijakan dan kegamangan pada kelembagaan
pengelola PMI di daerah. Tujuan kajian adalah menganalisis dinamika kelembagaan
dalam tata kelola PMI. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi
literatur. Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan
penelitian (Zed, 2008:3) yang relevan dengan topik penelitian, yaitu tentang
dinamika kelembagaan dalam tata kelola PMI.Berdasarkan hasil pembahasan dapat
ditarik kesimpulan bahwa: Pertama, kebijakan tentang tata kelola PMI yang dibuat
karena adanya kepentingan politis melahirkan disharmoni kelembagaan antar
pengelola PMI yang berdampak pada tidak optimalnya implementasi UU No. 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Kedua,
adanya dualisme institusi pengelolaan PMI – Kemnaker dengan BP2MI – melahirkan
kerancuan dalam tata kelolanya di tingkat lapangan atau daerah, karena secara
organisasi fungsi komando Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di daerah berada di
bawah Kemnaker. Akan tetapi dalam menangani PMI, OPD tidak bisa hanya
mengikuti kebijakan dari Kementerian Tenaga Kerja saja, karena dalam
implementasinya BP2MI-lah yang lebih aktif melakukan terobosan dalam tata kelola
PMI, sehingga OPD harus peka dan mengikuti juga ritme kebijakan yang dilakukan
oleh BP2MI dalam tata kelola PMI. | en_US |