OPTIMASI KOMPOSISI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN CARBOPOL PADA TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA SISTEM MENGAPUNG MENGGUNAKAN SIMPLEX LATTICE DESIGN
Abstract
Metformin hidroklorida adalah golongan biguanid oral yang paling banyak
digunakan dalam pengobatan diabetes melitus yang tidak bergantung pada insulin.
Obat ini meningkatkan kontrol glikemik dengan peningkatan sensitivitas di hati dan
otot. Obat ini juga menunjukkan efek yang menguntungkan pada beberapa faktor
resiko kardiovaskuler seperti dyslipidemia, inhibitor aktivator plasminogen plasma
yang meningkat, kelainan fibrinolitik, hiperinsulinemia, dan resistensi insulin.
Metformin hidroklorida memiliki waktu paruh yang singkat (1,7 jam), berbentuk
molekul dan sulit diabsorpsi pada bagian usus besar, memiliki jendela absorpsi yang
terbatas pada bagian atas GI Tract, dan bioavailabilitasnya rendah (sekitar 45-50%
dari dosis yang diberikan) sehingga sangat menguntungkan untuk diformulasi
menjadi bentuk sediaan lepas lambat sistem mengapung dalam lambung
(gastroretentive) yang ketika obat ini diberikan akan tetap mengapung dalam cairan
lambung untuk waktu yang lama dan obat tersebut akan tersedia dalam bentuk yang
terlarut di lokasi absorpsi yang utama, yaitu bagian proksimal dari usus kecil. Hal ini
akan meningkatkan bioavailabilitas dari obat tersebut. Sistem penghantaran obat
sistem mengapung merupakan bentuk sediaan oral yang dirancang untuk
memperpanjang waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas bulk
yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam
lambung tanpa mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung dalam jangka waktu
yang lama dan obat dilepaskan perlahan-lahan sesuai dengan kecepatan yang
diinginkan dari sistem. Sistem mengapung dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok
yaitu non effervescent system dan effervescent system. Effervescent system dipersiapkan dengan polimer yang dapat mengembang dan komponen effervescent.
Matriks yang digunakan pada formulasi tablet lepas lambat metformin hidroklorida
sistem mengapung kali ini adalah matriks kombinasi HPMC dan carbopol.
Metode optimasi yang digunakan adalah simplex lattice design dengan 3
formula. Berat tablet tiap formula 1200 mg. Respon yang ingin diteliti adalah floating
lag time, floating duration time dan jumlah obat yang dilepaskan pada jam ke-1, ke-5
dan ke-10. Respon diteliti menggunakan simplex lattice design untuk mendapatkan
formula yang optimum. Pada penelitian ini kriteria formula optimum yang diinginkan
yaitu floating lag time antara 25-600 detik, floating duration time tidak kurang dari
12 jam sedangkan pelepasan obat yang diinginkan yaitu pelepasan pada jam ke-1
ditetapkan pada rentang 30%-36%, jam ke-5 ditetapkan pada rentang 69%-75% dan
jam ke-10 ditetapkan pada rentang 88%-94%.
Hasil respon floating lag time menunjukkan bahwa F1>F2>F3 masing-masing
748,8 ± 95,128 > 100,8 ± 44,250 > 44,433 ± 9,493. Respon terhadap floating duration time
tablet tidak diketahui karena respon yang dihasilkan seragam yaitu lebih dari 12 jam.
Hasil respon jumlah obat yang dilepaskan pada jam ke-1 menunjukkan bahwa
F3>F2>F1 masing-masing 32,221 ± 0,422 > 21,120 ± 0,456 > 17,824 ± 0,354. Hasil
respon jumlah obat yang dilepaskan pada jam ke-5 menunjukkan bahwa F3>F2>F1
masing-masing 73,142 ± 0,267 > 66,539 ± 0,408 > 57,024 ± 0,813. Hasil respon jumlah
obat yang dilepaskan pada jam ke-10 menunjukkan bahwa F3>F2>F1 masing-masing
93,335 ± 0,403 > 81,193 ± 0,213 > 78,213 ± 0,276. Hasil analisis kinetika pelepasan
menunjukkan bahwa pelepasan obat dari tablet matriks untuk semua formula
melibatkan proses erosi maupun difusi melalui matriks, namun proses difusi melalui
matriks lebih dominan terhadap pelepasan metformin hidroklorida dari tablet yang
berarti bahwa kinetika pelepasan obat dari tablet matriks cenderung mengikuti
kinetika pelepasan model Higuchi.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]