Analisis Kandungan Zat Besi dan Daya Terima Almond Crispy dengan Variasi Substitusi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera)
Abstract
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang banyak diderita oleh
masyarakat Indonesia. Kondisi tubuh wanita dinyatakan anemia apabila
hemoglobin ˂12 mg/dL. Beberapa faktor terjadinya anemia terutama pada remaja
putri yaitu zat besi tidak terpenuhi, asupan nutrisi tidak seimbang, serta kehilangan
darah selama siklus menstruasi. Oleh karena itu pemerintah memberikan tablet
tambah darah kepada remaja putri sebagai penanggulangan anemia namun tidak
berjalan dengan baik sehingga perlu adanya inovasi lain untuk meningkatkan zat
besi pada remaja putri seperti pengembangan produk tinggi zat besi dari daun kelor.
Hal ini didasari oleh kandungan zat besi (Fe) pada daun kelor kering ataupun dalam
bentuk tepung daun kelor sangat tinggi yaitu mencapai 28,2 mg/100 g dalam
keadaan kering atau serbuk daun kelor. Produk pangan yang memiliki keunggulan
seperti tekstur yang lebih renyah, berbentuk pipih dan bulat, rasanya manis, dan
lebih tahan lama adalah almond crispy. Salah satu bahan pembuatan almond crispy
ialah kacang almond sebagai ciri khas produk dengan kandungan zat besi sebesar
3,71 mg yang lebih rendah daripada Fe pada daun kelor sebesar 28,2 mg.
Berdasarkan hal tersebut, adanya pembuatan camilan almond crispy dengan variasi
substitusi tepung daun kelor yang dapat meningkatkan kandungan zat besi pada
almond crispy diharapkan membantu upaya peningkatan asupan zat besi pada
remaja putri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan zat besi dan daya
terima almond crispy dengan variasi substitusi tepung daun kelor sebesar 5%, 10%,
dan 15%. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan
menggunakan Posttest-Only Control Design. Penelitian ini melibatkan 30 orang
panelis berjenis kelamin perempuan usia 16-18 tahun di SMA Unggulan BPPT
Darus Sholah Jember dan pengujian kandungan zat besi di Laboratorium Analisis Pangan Politeknik Negeri Jember. Data uji kandungan zat besi dianalisis
menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Mann Whitney. Data uji daya terima
dianalisis menggunakan uji Friedman dan uji Wilcoxon Sign Rank Test. Prosedur
penelitian ini dimulai dengan pembuatan almond crispy pada keempat perlakuan,
kemudian setelah pembuatan almond crispy telah selesai dilakukan uji kandungan
zat besi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis dan uji daya terima terkait
warna, aroma, rasa, dan tekstur kepada panelis.
Hasil analisis kandungan zat besi pada almond crispy dengan variasi
substitusi tepung daun kelor pada perlakuan X0 (0%) sebesar 0,10 mg/100 g,
perlakuan X1 (5%) sebesar 1,50 mg/100 g, perlakuan X2 (10%) sebesar 2,87
mg/100g, dan perlakuan X3 (15%) sebesar 4,23 mg/100 g. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah substitusi tepung daun kelor pada almond crispy berpengaruh pada
peningkatan kandungan zat besi, nilai zat besi mengalami peningkatan seiring
banyaknya substitusi tepung daun kelor pada almond crispy. Almond crispy dengan
substitusi tepung daun kelor yang paling disukai oleh penlis dari aspek warna, rasa,
aroma, dan tekstur adalah perlakuan X1 atau substitusi tepung daun kelor sebesar
5%. Almond crispy dengan substitusi tepung daun kelor 5% dapat memenuhi 10%
kebutuhan zat besi dalam bentuk camilan atau 1 kali makanan selingan pada remaja
putri usia 16-18 tahun yaitu sebesar 30,6% dari AKG 2019 dengan rekomendasi
konsumsi sebanyak 12 keping dalam 1 kali makan selingan. Pada keempat
perlakuan almond crispy dengan atau tanpa substitusi tepung daun kelor telah
memenuhi persyaratan mutu karakteristik pada aspek bau, warna, dan rasa sesuai
dengan SNI Biskuit 2973:2018.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]