Pengujian Tiga Varietas Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Cobalt-60 untuk Ketahanan Terhadap Kekeringan
Abstract
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura bernilai ekonomi tinggi di Indonesia dengan ragam manfaat yang
dimilikinya. Menurut Badan Pusat Statistik (2022), cabai merah menjadi
penyumbang utama inflasi dengan andil sebesar 0,1% pada bulan Maret 2022.
Harga cabai merah cenderung bersifat fluktuatif. Pasokan cabai yang rendah
disebabkan karena tanaman cabai rentan mengalami cekaman lingkungan salah
satunya cekaman kekeringan. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut melalui pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki suatu
sifat tanaman menjadi lebih baik melalui perakitan varietas unggul. Ketersediaan
keragaman genetik yang luas merupakan syarat keberhasilan program pemuliaan
tanaman. Perluasan keragaman genetik tanaman dapat ditempuh dengan
menggunakan metode induksi mutasi. Iradiasi sinar gamma merupakan salah satu
contoh dari induksi mutasi secara fisik yang cukup mudah dilakukan dan daya
tembusnya tinggi. Informasi tentang pengujian cabai merah mutan hasil iradiasi
gamma pada kondisi cekaman kekeringan masih kurang tersedia. Berdasarkan
uraian di atas perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan ketahanan terhadap
cekaman kekeringan melalui perlakuan iradiasi gamma pada cabai merah.
Perlakuan diterapkan pada Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial.
Faktor pertama adalah varietas cabai: Kopay, Laris, dan SSP. Faktor kedua adalah
tingkat kekeringan: 0%, 50%, dan 75%. Faktor ketiga adalah kadar dosis iradiasi:
0, 100, 200, 300, 400. dan 500 gy. Percobaan awal adalah menentukan Lethal Dose
50% (LD50) pada pembibitan secara in vitro dan in vivo. Hasil percobaan awal tersebut dilanjutkan ke percobaan kedua yakni pengujian tanaman cabai hasil
iradiasi gamma LD50 pada cekaman kekeringan.
Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa ketiga varietas tanaman cabai
(Kopay, Laris, dan SSP) yang berada di kisaran LD50 merupakan cabai yang
diiradiasi gamma dengan 0, 100, 200, dan 300 Gy pada pembibitan secara in vivo.
Informasi LD50 cabai merah pada pembibitan secara in vitro tidak dapat
dilanjutkan ke percobaan kedua dikarenakan terdapat bibit yang tidak tumbuh dan
terjadi kontaminasi pada dosis tertentu. Tanaman cabai merah pada ketiga varietas
(in vitro) menghasilkan respon perkecambahan yang bervariasi seiring peningkatan
dosis iradiasi gamma.
Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa interaksi faktor cekaman
kekeringan terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah LD50 hasil iradiasi gamma
pada ketiga varietas tidak berpengaruh secara nyata pada semua parameter yang
diamati. Hasil analisis indeks sensitivitas kekeringan menunjukkan bahwa varietas
Laris lebih toleran dibandingkan dua varietas lainnya pada taraf kekeringan 50%,
namun pada taraf kekeringan 75% SSP merupakan varietas yang paling toleran
terhadap kekeringan dibandingkan dengan kedua varietas lainnya.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan cabai
merah varietas Kopay, SSP hasil iradiasi gamma optimum hingga pada dosis 300-
400 Gy. Bibit cabai Laris pertumbuhan dan perkecambahannya menurun seiring
dengan peningkatan dosis namun batas dosis yang dianggap aman untuk
pertumbuhannya adalah 300 Gy. Iradiasi sinar gamma menurunkan pertumbuhan
bibit cabai pada varietas Kopay dan Laris secara in vitro. Namun, iradiasi gamma
pada dosis 200 Gy mampu meningkatkan pertumbuhan cabai pada in vitro.
Perlakuan iradiasi gamma tidak mempengaruhi pertumbuhan ketiga varietas cabai
pada kondisi cekaman kekeringan pada penelitian ini.