Hubungan Tingkat Keparahan Gingivitis dengan Tingkat Kebutuhan Perawatan Siswa Usia 9-12 Tahun di SDN Nogosari 2 di Lingkungan Agroindustri Kebun Renteng Kabupaten Jember
Abstract
Gingivitis merupakan peradangan yang terjadi pada gingiva. Penyebab
gingivitis dibagi menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal
terjadi saat adanya penumpukan mikroorganisme yang membentuk suatu koloni
kemudian membentuk plak gigi yang melekat pada tepi gingiva. Prevalensi dan
keparahan gingivitis secara umum akan meningkat sejalan dengan usia. Prevalensi
Gingivitis di Indonesia menempati urutan kedua yaitu 96,58% dan pada anak anak
gingivitis ini tidak terjadi separah gingivitis terhadap orang dewasa. Anak usia 12
tahun memiliki persentase masalah gingivitis sebanyak 80% pada anak sekolah
dasar usia 10-12 tahun. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan antara
kebersihan gigi mulut dengan kejadian gingivitis pada anak. Tingkat kebutuhan
perawatan dengan indeks (Community Periodontal Index of Treatment Needs)
CPITN adalah survey perawatan periodontal yang menggunakan informasi tentang
prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal. Masyarakat di daerah
Kebun Renteng memiliki tingkat kesadaran kesehatan gigi yang rendah, hal ini
disebabkan oleh faktor pendidikan dan faktor pendapatannya. Berdasarkan latar
belakang di atas, pada lingkungan Agroindustri Kabupaten Jember perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan gingivitis dengan tingkat kebutuhan
perawatan anak SDN Nogosari 2 usia 9-12 tahun karena di daerah agroindustri
mayoritas penduduknya sebagai buruh tani sehingga masih kurangnya kesadaran
orang tua untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya.
Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini melakukan (Dilakukannya)
pemeriksaan tingkat keparahan gingivitis menggunakan Gingival Index (GI)
dengan tingkat kebutuhan perawatan menggunakan (Community Periodontal Index
of Treatment Needs) CPITN terhadap siswa usia 9-12 tahun SDN Nogosari 2 di lingkungan Agroindustri Kebun Renteng Kabupaten Jember dengan subjek 65
siswa.
Jumlah responden yang didapatkan yaitu sebanyak 65 responden dengan
jumlah siswa laki-laki sama jumlahnya dengan siswa perempuan yaitu 33
responden. Hasil uji korelasi Spearman pada menunjukkan bahwa usia 9-12 tahun
memiliki hasil signifikansi ≤ 0,05 yang artinya terdapat hubungan signifikan antara
tingkat keparahan gingivitis dengan tingkat kebutuhan perawatan. Berdasarkan
koefisien korelasi, usia 9-12 tahun menunjukkan hubungan yang kuat antara
keparahan gingivitis dan tingkat kebutuhan perawatan. Nilai koefisien korelasi
bernilai positif yang artinya hubungan searah dengan demikian semakin tinggi
tingkat keparahan gingivitis maka semakin tinggi tingkat kebutuhan perawatan
pada anak. Hal ini berhubungan karena dilihat dari kondisi jaringan periodontal
menurut skor tertinggi dan skor kebutuhan perawatan, maka semakin tinggi skor
periodontalnya maka semakin besar skor kebutuhan perawatan. Faktor utama
penyebab terjadinya gingivitis adalah penumpukan sisa-sisa makanan pada
permukaan gigi yang dibiarkan akan berubah menjadi plak lalu kalkulus yang
kemudian mengiritasi gingiva sehingga menyebabkan peradangan pada jaringan
gingiva. Semakin banyak penumpukan plak pada gigi menyebabkan semakin
tingginya peradangan yang terjadi pada gingiva
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan gingivitis dengan tingkat
kebutuhan perawatan siswa sekolah dasar usia 9-12 tahun di SDN Nogosari 2 di
lingkungan Agroindustri Kebun Renteng Kabupaten Jember. Dapat disimpulkan
hubungan gingivitis dengan tingkat kebutuhan perawatan memiliki hubungan yang
kuat dan searah, sehingga semakin tinggi tingkat keparahan gingivitis semakin
besar tingkat kebutuhan perawatannya.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]