Show simple item record

dc.contributor.authorLATHIFAH, Nur Lailatul
dc.date.accessioned2023-06-13T22:24:11Z
dc.date.available2023-06-13T22:24:11Z
dc.date.issued2020-12-28
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/116853
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik Tgl 14 Juni 2023en_US
dc.description.abstractPada tahun 2019, angka kemiskinan di Indonesia sebanyak 9,41%. Hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya jumlah pekerja migran di Indonesia. Salah satu provinsi pengirim tenaga kerja terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur dimana kabupaten Jember merupakan salah satu penyumbang tenaga kerja terbanyak. Kabupaten Jember terdapat 4 desa yang menjadi penyumbang tenaga kerja ke luar negeri, salah satunya adalah Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo. Keputusan ini memiliki beberapa dampak, khususnya dampak negatif yang akan dirasakan oleh anak yang ditinggalkan. Salah satu dampaknya adalah anak memiliki risiko mengalami perubahan asupan gizi karena perubahan pekerjaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Anak yang paling berdampak adalah anak yang berusia 6-12 tahun (anak usia sekolah). Anak usia sekolah yang ditinggal oleh orang tuanya untuk bekerja, biasanya akan diasuh oleh orang tua (orang tua yang tidak bekerja atau bekerja di rumah) atau pengasuh pengganti (kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak). Pola pengasuhan yang diberikan oleh orang tua dan pengasuh pengganti memiliki perbedaan. Apabila pola asuh yang diberikan oleh pengasuh salah, maka dapat mempengaruhi pola makan anak. Apabila pola makan anak salah, maka anak akan memiliki masalah kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik anak pekerja migran usia sekolah dan pengasuhnya, pola makan anak pekerja migran usia sekolah, serta menganalisis perbedaan pola makan anak pekerja migran usia sekolah yang diasuh oleh orang tua dan bukan. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observational yang dilakukan dengan cara cross sectional. Penelitian ini dilakukan kepada 38 responden pada pengasuh dan anak pekerja migran. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik total sampling. Wawancara pola makan menggunakan Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire yang ditujukan kepada anak pekerja migran. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney dengan derajat kemaknaan sebesar 95% (α=0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak berada pada rentang umur 10-12 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. 81,6% anak diasuh oleh pengasuh pengganti, dimana 52,6% diantaranya diasuh oleh nenek. Anak pekerja migran yang tinggal dengan keluarga sebanyak ≤ 4 orang (keluarga kecil) sebesar 57,9% (22 orang) dengan pendapatan keluarga di bawah UMK. Sebagian besar anak memiliki frekuensi makan yang tidak sesuai dengan anjuran yang ditentukan pemerintah, seperti mengonsumsi makanan pokok dan lauk pauk melebihi anjuran serta mengonsumsi sayur dan buah kurang dari anjuran. Makanan pokok yang dimakan adalah beras disertai dengan sedikit ubi-ubian. Lauk pauk yang mereka makan adalah tahu, tempe, telur, dan ikan pindang yang mereka beli di tukang sayur karena harganya murah. Anak jarang suka makan sayur karena rasanya hambar. Buah jarang dimakan oleh anak karena kemampuan pengasuh untuk membelinya kurang. Berdasarkan tingkat kecukupan gizi, anak belum mencukupi dengan baik, seperti kecukupan energi dan karbohidrat masuk dalam kategori defisit berat serta kecukupan protein dan lemak yang berlebih. Makanan yang sering dimakan anak termasuk makanan dengan kategori densitas energi sangat rendah hingga sedang sehingga energi yang didapatkan hanya sedikit. Hal tersebut berkebalikan dengan asupan protein yang didapat karena makanan tersebut mengandung protein yang tinggi sehingga membuat kenyang. Asupan karbohidrat yang dimakan oleh anak hanya berasal dari beras saja dan sedikit dari bahan makanan lain, sehingga karbohidrat yang masuk hanya sedikit. Makanan yang sering anak-anak makan banyak yang diolah dengan cara digoreng sehingga menambah kandungan lemak didalam setiap makanan. Hasil analisis dari uji beda yang dilakukan didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada pola makan anak pekerja migran yang diasuh oleh orang tua dan pengasuh pengganti berdasarkan frekuensi makanan, antara lain: makanan pokok (p-value = 0,701), lauk pauk (pvalue = 0,905), sayur (p-value = 0,321), dan buah (p-value = 0,731) maupun tingkat kecukupan pangannya, antara lain: energi (p-value = 0,167), protein (p value = 0,120), lemak (p-value = 0,145), dan karbohidrat (p-value = 0,727). Hasil ini didapatkan karena di Desa Sumbersalak terdapat pengasuhan gotong royong yang mengajak seluruh warga untuk memperhatikan pengasuhan anak pekerja migran. Saran yang diberikan kepada dinas kesehatan adalah diharapkan dapat bekerja sama dengan sekolah untuk membuat kebun sekolah dan PMT-AS dan bekerja sama dengan dinas sosial dan kantor pertahanan pangan untuk memfasilitasi adanya kebun desa atau dusun. Saran untuk masyarakat dan organisasi sekitar adalah diharapkan pengasuh memberikan makanan sesuai yang dibutuhkan bukan diinginkan anak dan ikut aktif dalam program yang diberikan. Selain itu, pemerintah desa hendaknya menyeleksi ulang terkait penerima dana PKH yang dibagikan. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti hubungan pengasuhan gotong royong terhadap pola makan anak pekerja migran, apa saja yang dibelanjakan masyarakat dari uang PKH, dan faktor mana yang paling mendominasi pola makan anak pekerja migran.en_US
dc.description.sponsorshipNinna Rohmawati, S.Gz., M.PH. (Dosen Pembimbing) Manik Nur Hidayati, S.Gz. M.PH (Dosen Pembimbing)en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kesehatan Masyarakaten_US
dc.subjectPOLA MAKAN ANAK PEKERJAen_US
dc.titlePerbedaan Pola Makan Anak Pekerja Migran Usia Sekolah Studi Kasus di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_iswahyudi_2023_12en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record