Show simple item record

dc.contributor.authorFIRDAUSYA, Rifka Imaniah Alif
dc.date.accessioned2023-05-25T07:28:41Z
dc.date.available2023-05-25T07:28:41Z
dc.date.issued2022-12-16
dc.identifier.nim170910101075en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/116489
dc.description.abstractOktober 2014 menjadi waktu bersejarah bagi Swedia. Pasalnya pada tahun tersebut Swedia mengumumkan untuk menggunakan feminisme dalam basis kebijakan luar negerinya. Swedia mengatakan bahwasanya politik luar negeri feminis ini merupakan respons negara untuk melawan diskriminasi perempuan agar dapat memperjuangkan kesetaraan gender. Tindakan Swedia ini cukup menyita perhatian dunia, tidak sedikit aktor internasional yang mencibir keputusan Swedia untuk meluncurkan politik luar negeri feminis. Bahkan politik luar negeri feminis Swedia dianggap sebagai sebuah langkah radikal karena bergerak menyimpang dari tatanan sosial semula. Hal ini menunjukkan bahwasanya Swedia perlu meningkatkan pemahaman masyarakat akan feminisme dan kesetaraan gender untuk mensukseskan agenda-agenda dalam politik luar negeri feminis. Dengan demikian nantinya politik luar negeri feminisme dapat diimplementasikan dengan lebih baik ke dalam sektor-sektor strategis hak kemanusiaan dan kesetaraan gender. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis bagaimana Swedia mengkonstruksi identitas feminisme yang ada di dalam politik luar negerinya dan langkah apa saja yang dilakukan oleh Swedia. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan mengandalkan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari buku panduan resmi negara, jurnal dan artikel elektronik, media internet, portal berita, buku elektronik, dan lain-lain. Peneliti menetapkan Objek penelitian pada feminisme dalam politik luar negeri Swedia dengan batas waktu sampai tahun 2020. Sementara untuk menjamin keabsahan data ini, penulis menggunakan elemen kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Penelitian ini menunjukkan hasil dimana konstruksi identitas yang dilakukan oleh Swedia dapat dianalisis ke dalam tiga dimensi konsep identitas. Tiga dimensi yang dimaksud yakni dimensi naratif, dimensi performatif, dan dimensi emosional. Pada dimensi naratif ditemukan bahwa identitas feminisme sudah terbentuk di dalam masyarakat Swedia akibat adanya jejak historis perjuangan feminisme di Swedia. Selain itu Swedia juga membangun pemahaman kepada masyarakat global melalui narasi feminis akan pentingnya feminisme dan peran serta perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara dimensi emosional memberikan dorongan emosi dan perasaan sama rasa dengan para perempuan yang tertindas. Narasi dan hubungan perasaan ini kemudian dituangkan ke dalam dimensi performatif yakni dimana Swedia meluncurkan berbagai agenda politik luar negeri feminis untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan menjunjung tinggi kesetaraan gender.en_US
dc.description.sponsorshipDrs. Abubakar Ebyhara, M.A, Ph.D Agus Trihartono, S.Sos., M.A, Ph.Den_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectSwediaen_US
dc.subjectPolitik Luar Negerien_US
dc.subjectFeminismeen_US
dc.subjectKonstruktivismeen_US
dc.subjectKonstruksi Identitasen_US
dc.subjectPolitik Luar Negeri Swediaen_US
dc.titleKonstruksi Identitas Feminisme Liberal dalam Politik Luar Negeri Swediaen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Hubungan Internasionalen_US
dc.identifier.pembimbing1Drs. Abubakar Ebyhara, M.A, Ph.Den_US
dc.identifier.pembimbing2Agus Trihartono, S.Sos., M.A, Ph.Den_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi tanggal 25 Mei 2023_M.Arif Tarchimansyahen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record