Show simple item record

dc.contributor.authorMuttakin, Alfa
dc.date.accessioned2023-04-18T03:44:31Z
dc.date.available2023-04-18T03:44:31Z
dc.date.issued2022-12-06
dc.identifier.nim181510701008en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/115600
dc.description.abstractKubis merupakan tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Permintaan pasar meningkat merupakan salah satu alasan banyak dibudidayakannya tanaman kubis. Produksi tanaman kubis menurun pada tahun 2020. Penurunan tersebut disebabkan oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Crocidolomia binotalis meruapakn salah satu OPT tanaman kubis yang dapat menyebabkan penurunan hasil, sehingga diperlukan pengendalian untuk menekan populasi. Pengendalian C. binotalis hingga saat ini masih menggunakan insektisida kimia. Seperti yang kita tahu bahwa penggunaan insektisida kimia secara terus-menerus dapat berdampak negaiv terhadap lingkunga. Sehingga diperlukan pengendalian yang ramah lingkungan. Cendawan entomopatogen Beauveria bassiana merupakan agens pengendali hayati yang dapat menekan populasi hama dan tidak berdampak negativ terhadap lingkungan. Bentuk formulasi cendawan entomopatogen dapat menentukan efektivitas cendawan tersebut. Bentuk formulasi yang digunakan yaitu formulasi cair, tepung, pellat dan pasta. Formulasi cair dibuat dengan cara mencampurkan tepung biomassa spora sebanyak 40 g dengan air 60 ml. Formulasi tepung dibuat dengan cara mencampurkan tepung biomassa spora sebanyak 40 g dengan kaolin 20 g dan zeolit 20 g. Formulasi pasta dibuat dengan cara mencampurkan tepung biomaasa spora sebanyak 40 g dengan Glyserol 1,6 g, Na-alginat 1,7 g, urea 0,2 g dan air 56,5 ml. Formulasi pellet dibuat dengan cara mencampurkan tepung biomassa spora sebanyak 40 g dengan Glyserol 10 ml, Tween 2 ml dan sukrosa 3 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bentuk formulasi tidak memnyebabkan mortalitas yang berbeda nyata. Pada jenis formulasi tepung memiliki persentase mortalitas paling tinggi yaitu 25%. Uji lanjut dari mortalitas untuk mengetahui pengeruh terhadap perkembangan serangga uji menunjukkan tidak terdapat pengaruh. Semua seranga uji yang masih hidup pada uji mortalitas dapat berkembang dengan baik menjadi pupa dan imago. Pada uji viabilitas, formulasi pasta lebih tinggi yaitu 81,67% dibandingkan dengan formulasi cair, tepung dan pellet.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Pertanianen_US
dc.titleUji Efektivitas Beberapa Jenis Formulasi Agens Pengendali Hayati Beauveria bassiana (BALS). VUILL. terhadap Hama Tanaman Kubis Crocidolomia binotalis di Laboratoriumen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiProteksi Tanamanen_US
dc.identifier.pembimbing1Prof. Dr. Ir. suharto, M.Scen_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Suhartiningsih Dwi Nurcahyanti. S.P., M.Scen_US
dc.identifier.finalizationFinalisasi tanggal 18 April 2023_M.Arif Tarchimansyahen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record