dc.description.abstract | Rumah merupakan persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Kurang lebih separuh hidup manusia akan berada di rumah sehingga
kualitas rumah akan sangat berdampak terhadap kondisi kesehatannya. Rumah dapat
dikatakan sehat apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut: a) Rumah harus
dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dari
penghuninya; b) Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan kejiwaan dasar dari penghuninya. Tergantung dari pola hidup yang
dimiliki oleh penghuni, maka apa yang disebut kebutuhan kejiwaan dasar ini amat
relatif sekali; c) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit atau berhubungan dengan
zat-zat yang membahayakan kesehatan; d) Rumah harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau
kecelakaan.
Kondisi rumah yang tidak sehat dapat beresiko menularkan penyakit, terutama
penyakit berbasis lingkungan, karena rumah yang tidak sehat erat hubungannya
dengan sanitasi lingkungan.. Salah satu penyakit berbasis lingkungan yang dijumpai
di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Data yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2009 menyebutkan bahwa terjadi kasus
DBD sebanyak 1093 kasus dengan jumlah kematian penduduk sebanyak 5 jiwa dan
Incident Rate (IR) mencapai 46,05% serta Case Fatality Rate (CFR) mencapai 0,46%. Angka kejadian DBD yang berada dibawah 50% dan kasus kematian yang
berada di bawah 1% dikarenakan oleh masih terus digalakkannya program PSN oleh
Pemkab Jember yang bekerjasama dengan instansi kesehatan terkait dan kesadaran
para warga dalam membantu upaya pemberantasan penyakit DBD tersebut.
Berdasarkan sebaran data didapatkan bahwa salah satu kecamatan dengan jumlah
kasus terbanyak adalah Kecamatan Sumbersari dengan jumlah sebanyak 217 kasus
dan 124 diantaranya berada di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari dengan jumlah
kematian mencapai 2 jiwa.
Penelitian ini dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas Sumbersari dengan
mengambil sejumlah 54 sampel rumah penduduk yang pernah menderita DBD.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survey dan survey dalam penelitian ini termasuk ke dalam survey rumah tanga
(household survey). Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara menggunakan
lembar kuesioner dan lembar observasi.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa terdapat beberapa rumah penduduk
yang pernah menderita DBD termasuk dalam kategori tidak sehat, seperti: tidak
terdapatnya langit-langit, tempat sampah yang tidak memenuhi syarat (seperti: tidak
kedap air dan tidak ada tutup) serta saluran limbah yang langsung dibuang ke sungai
tanpa melalui proses pengolahan. Selain itu, ditemukannya jentik nyamuk dalam
lubang bambu, kebiasaan menggantung baju, tidak ada pemasangan kawat kasa, tidak
adanya pemasangan kelambu di kamar tidur dan tidak dilakukannya penaburan bubuk
abate pada kamar mandi yang jarang dikuras.
Saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya perlu dilakukan perbaikan
terhadap komponen rumah penduduk yang tergolong tidak sehat, seperti: perbaikan
pada langit-langit, penambahan semen pada dinding yang masih semi permanen dan
sebagainya. Perlu digalakkannya kembali program PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dengan mengambil peran aktif warga sekitar dengan melakukan:
pengurasan bak mandi seminggu sekali, mengubur barang bekas dan menutup tempat
penampungan air. Selain itu, perlunya kegiatan kerja bakti bersih kampung pada tempat-tempat yang diyakini sebagai perindukan nyamuk untuk mengendalikan
populasi nyamuk Aedes aegypti. Perlunya peran serta lembaga terkait untuk
melaksanakan program abatisasi dan penyuluhan tentang pentingnya pemasangan
kawat kasa ke rumah-rumah penduduk untuk dapat menghalangi masuknya nyamuk
Aedes aegypti sehingga dapat meminimalisir penularan penyakit DBD dari rumah ke
rumah. | en_US |