HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Abstract
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan kesakitan
yang tinggi. Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007) menyebutkan bahwa prevalensi
hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).
Data Riskesdas juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab
kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2011). Jawa Timur menempati
posisi pertama untuk provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu sebesar
37,4% (Depkes, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
penderita hipertensi adalah 55.691 penderita (Dinkes Kabupaten Jember, 2011). Data
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember pada tahun 2010 menunjukkan bahwa
penyakit hipertensi menempati urutan ke-2 dalam 3 penyakit terbanyak di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara konsumsi
makanan dengan kejadian hipertensi pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional. Menurut
waktu penelitian yang dilakukan, penelitian ini bersifat cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia baik laki-laki maupun perempuan di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember yang berjumlah 139 orang, dengan besar
sampel 60 responden. Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember yang dilaksanakan pada bulan November 2011. Terdapat dua variabel dalam
penelitian ini, yaitu variabel bebas: karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, genetik),
tingkat konsumsi (karbohidrat, lemak, natrium, serat), pola konsumsi (konsumsi
makanan pemicu dan pencegah hipertensi) dan variabel terikat: kejadian hipertensi
pada lansia. Data primer yang dikumpulkan adalah karakteristik lansia, tinggi badan
lansia dengan menggunakan tinggi lutut dan berat badan lansia, tekanan darah
tingkat konsumsi dan pola konsumsi pencegah dan pemicu hipertensi. Data sekunder
berasal dari laporan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember sebagai tempat
penelitian.Distribusi responden berdasarkan variabel penelitian diperoleh yaitu usia
60-74 tahun (Ederly) = 94%, jenis kelamin perempuan = 60%, tidak memiliki
riwayat keluarga dengan hipertensi = 77%. Status gizi sebagian responden berada
pada kategori normal = 55%, serta tekanan darah responden berada pada kategori
stadium 1 = 48%. Pada variabel tingkat konsumsi terdapat 3 (tiga) variabel yang
berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipertensi yaitu variabel lemak (p=
0,010), natrium (p= 0,004), serat (p=0,000), sedangkan variabel karbohidrat tidalk
berhubungan secara signifikan (nilai p (0,599) > α (0,05)) dengan kejadian
hipertensi. Pola makanan pencegah hipertensi yang berhubungan secara signifikan
dengan kejadian hipertensi diantaranya tomat, sawi, bayam, brokoli, mangga,
semangka, nanas, ikan air tawar, tongkol, ayam tanpa kulit, putih telur, biji bunga
matahari. Selain itu, pola makanan pemicu hipertensi diantaranya daging kambing,
daging atau kulit ayam, keripik, dendeng, abon, ikan asin, telur asin, tepung susu,
dan mentega.
Saran yang dapat diberikan kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jember hendaknya memisahkan menu untuk lansia yang mempunyai penyakit
tertentu dan menerapkan diit rendah garam dan tinggi serat untuk mencapai tekanan
darah mendekati normal agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat khususnya
penderita hipertensi yang bertujuan untuk menurunkan kejadian hipertensi pada
lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. Bagi penelitian selanjutnya
dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan. Penelitian lanjutan diharapkan dapat
memisahkan antara asupan lemak jenuh dan tidak jenuh serta jenis garam yang
dikonsumsi. Selain itu, diusahakan memperbesar sampel penelitian sehingga hasilnya
lebih akurat.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2225]