Resiliensi dalam Upaya Peningkatan Pencegahan Tersier terhadap Remaja Penyandang Tunadaksa Non Bawaan di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Abstract
Penyandang disabilitas di Kabupaten Malang tahun 2020 tercatat sebanyak 9.302 jiwa dengan jumlah disabilitas tertinggi menurut jenisnya yakni disabilitas fisik/tunadaksa sebanyak 3.758 jiwa dan Kecamatan Pakis menjadi Kecamatan dengan jumlah tunadaksa tertinggi sebanyak 168 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2021). Istilah tunadaksa ditujukan bagi individu yang memiliki kelainan pada fungsi tubuh untuk melakukan gerakan tertentu. Rendahnya interaksi sosial yang terjadi pada penyandang tunadaksa di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan khususnya pada masa remaja yang cenderung masih belum stabil. Adanya hambatan dan tekanan dari lingkungan yang dirasakan oleh remaja tunadaksa akan berdampak pada psikologisnya.
Seseorang yang sebelumnya memiliki fisik normal kemudian menghadapi penurunan atau kehilangan kondisi fisik secara permanen tentu saja akan menjadi kondisi yang sulit untuk diterima. Kondisi tersebut menyebabkan tunadaksa non bawaan lebih rentan mengalami depresi dan kesulitan dalam beradaptasi. Demi meningkatkan derajat kesehatan, diperlukan upaya adaptasi sehingga tunadaksa mampu untuk menyesuaikan dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat yang disebut dengan resiliensi. Resiliensi yang baik mampu mendukung pelaksanaan salah satu tingkatan pencegahan dalam Teori Prevention Strategies yakni pencegahan tersier melalui upaya rehabilitasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis resiliensi dalam upaya peningkatan pencegahan tersier terhadap remaja penyandang tunadaksa non bawaan di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan di Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dengan informan utama yakni 3 orang remaja tunadaksa anggota Paguyuban Disabilitas Mutiara Hati. Teknik pemilihan informan utama menggunakan teknik purposive dengan teknik pengambilan data menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada aspek rehabilitasi sosial, seluruh informan utama memiliki kemampuan bangga pada diri sendiri, optimis pada masa depan, memiliki hubungan kepercayaan, memiliki role model, mendapat dukungan kemandirian, dan mendapat perhatian serta kasih sayang. Sebagian besar informan utama memiliki rasa tanggung jawab pada diri sendiri, rasa percaya diri, aksesibilitas pendidikan, berpatisipasi aktif, problem solving, dan kemampuan menjalin hubungan kepercayaan. Hanya sebagian kecil informan utama yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dan perasaan. Pada aspek rehabilitasi medis, sebagian besar informan utama mendapat dukungan pemberian terapi dan seluruh informan utama mendapat aksesibilitas pelayanan kesehatan. Pada aspek rehabilitasi karya, seluruh informan utama telah mendapat aksesibilitas dan memiliki kemampuan mengembangkan keterampilan yang mereka miliki.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini, remaja tunadaksa non bawaan diharapkan lebih fokus pada kelebihan yang mereka miliki, sadar pentingnya pendidikan, melampiaskan emosi dengan cara yang positif, aktif dalam mengikuti kegiatan terapi secara rutin. Paguyuban Disabilitas Mutiara Hati diharapkan lebih aktif memberikan motivasi, memfasilitasi remaja tunadaksa non bawaan yang tidak mendapatkan aksesibilitas pendidikan, mengedukasi terkait pentingnya terapi rutin. Dinas Sosial Kabupaten Malang diharapkan lebih aktif dan inisiatif dalam melakukan kunjungan, lebih memperhatikan aspek pendidikan, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk memberikan edukasi terkait tindak bullying pada remaja tunadaksa non bawaan di lingkungan sekolah dan melakukan penilaian kemampuan remaja tunadaksa non bawaan sehingga dapat memberikan fasilitas terapi yang sesuai dengan kebutuhan.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]