Estetika Penataan Artistik Film Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 karya Timo Tjahjanto (2020)
Abstract
Tata artistik sebuah film semakin berpengaruh jika setiap detailnya dapat
berkontribusi pada nilai estetika yang dinikmati dan diterima oleh penonton.
Penerapan tata artistik dalam film juga perlu mempertimbangkan nilai estetika.
Estetika film memiliki satu pendekatan utama melalui nilai keindahan yang dapat
diterima oleh masyarakat, terutama oleh penikmat karya itu sendiri. Berdasarkan
penjelasan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bagaimana estetika penataan artistik film Sebelum Iblis
Menjemput Ayat 2 yang menggambarkan adegan ritual dan adegan klimaks pada
keempat aspek tata artistik yakni setting, properti, tata rias, dan busana.
Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 merupakan film karya dari sutradara Timo
Tjahjanto yang dirilis pada tanggal 27 Februari 2020. Film Sebelum Iblis
Menjemput ayat 2 merupakan cerita lanjutan dari film Sebelum Iblis Menjemput
yang dirilis tahun 2018. Peneliti memilih film Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2
sebagai kasus penelitian, karena film tersebut menghadirkan jalan cerita yang
cukup berbeda dari film horor Indonesia pada umumnya. Ide cerita yang
digunakan memadukan mitos Yunani kuno tentang iblis Satanik Moloch dengan
tambahan unsur-unsur lokal, sehingga menghadirkan aspek penataan artistik yang
menarik. Penerapan dua unsur budaya dalam satu konsep penataan artistik, film
ini hadir menjadi angin segar di tengah industri perfilman horor Indonesia yang
terbatas hanya pada mitologi lokal yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan teori tata artistik film dan televisi oleh Doeana
sebagai teori utama, dan teori estetika oleh A.A.M. Djelantik yang meliputi
wujud, bobot atau isi, dan penampilan sebagai teori pendukung. Jenis penelitian
yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif menggunakan teknik penulisan
deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua kumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode observasi (menonton secara kritis
film Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2) dan studi pustaka. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data (seleksi dan klasifikasi),
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat enam scene yang menggambarkan
adegan ritual dan adegan klimaks sesuai topik pembahasan mengenai estetika
penataan artistik. Peneliti membagi lima scene yang menggambarkan adegan
ritual dan satu scene yang menggambarkan adegan klimaks sebagai berikut, (1)
Scene Dewi meninggal; (2) Scene masa kecil anak-anak Panti Bahtera; (3) Scene
Alfi membahas tentang ritual Satanik Moloch; (4) Scene Alfi melakukan ritual
Satanik Moloch; (5) Scene Gadis melakukan ritual Satanik Moloch; dan (6) Scene
Alfi dan Budi melawan Iblis. Pembahasan setting dalam keenam scene terdapat
dua jenis setting yang digunakan yakni setting shot on location atau setting
sesungguhnya dan setting set studio. Pembahasan properti dalam keenam scene
menggunakan dua jenis properti yakni hand property yang digunakan untuk
mendukung adegan pada film seperti handphone, pisau, dan buku tentang
mitologi Yunani kuno. Set property yang digunakan berfungsi untuk mendukung
suasana dalam adegan dan membedakan setting waktu pada film yakni masa lalu
dan masa kini. Pembahasan tata busana dan tata rias dalam keenam scene
menggunakan berbagai jenis tata busana yang berfungsi untuk menunjukkan
perbedaan suasana tahun 1990-an dan 2000-an. Tata rias yang cenderung
digunakan pada film Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 adalah riasan karakter iblis
dan riasan natural sesuai dengan peran masing-masing tokoh sehingga
mengesankan suasana horor.
Pembahasan estetika yang terdapat pada film Sebelum Iblis Menjemput
Ayat 2 meliputi aspek wujud atau rupa (appearance) dibangun secara tersusun
melalui unsur estetika keutuhan atau kesatuan (unity), penonjolan atau penekanan
(dominance), dan keseimbangan (balance) untuk menunjukkan perbedaan
identitas pada setiap elemen tata artistik yang memadukan mitos Yunani kuno
tentang iblis Satanik Moloch dengan tambahan unsur-unsur lokal. Aspek bobot
atau isi (content and subtance) dalam film menggambarkan suasana yang sedih,
mencekam, menegangkan, dan ketakutan. Aspek penampilan (presentation)
disajikan dengan penggunaan setting, properti, tata busana, dan tata rias. Sajian
pada aspek penampilan dalam penggunaan tata artistik digambarkan melalui alur
cerita yang kompleks tentang Satanik Moloch pada film.