dc.description.abstract | Pemerolehan bahasa pada anak terjadi secara tidak sadar dan tanpa perencanaan. Pemerolehan bahasa anak diwarnai oleh kondisi di lingkungannya. Pada saat ini, banyak anak menggunakan gawai untuk mengakses media sosial. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan dalam media sosial menjadi input dalam
praktik berbahasa sehari-hari. Dengan demikian, bahasa anak-anak dalam situasi seperti ini sering mengandung atau memuat bahasa yang bersumber dari media sosial dan pengguna media sosial di lingkungannya.
Penelitian ini berfokus pada pemerolehan tindak tutur anak usia 4 tahun yang bersumber dari media sosial dan pengguna media sosial di lingkungannya. Penelitian ini menjawab dua rumusan masalah, yaitu (1) bagaimanakah jenis tindak tutur dalam pemerolehan pragmatik anak usia 4 tahun pengguna media sosial di
Banyuwangi?, (2) bagaimanakah peran konteks lingkungan dalam pemerolehan jenis tindak tutur anak usia 4 tahun pengguna media sosial di Banyuwangi?.
Penelitian ini menggunakan rancangan kualititaf dan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan psikolinguistik untuk melihat aspek pragmatik. Sumber data penelitian adalah tuturan anak usia 4 tahun yang berada di Desa Sambirejo Kecaman Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Data penelitian ini adalah
segmen tutur anak usia 4 tahun dalam percakapan sehari-hari, yang memuat berbagai tindak tutur yang diasumsikan bersumber dari media sosial dan pengguna media sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan teknik wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengodean data, penyajian data, penganalisisan data, dan penarikan simpulan. Instrumen penelitian
ini menggunakan instrumen pengumpul data dan instrumen analisis data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis tindak tutur. Terdapat tindak tutur asertif, seperti contoh tindak tutur asertif menyatakan “Kak Kakak, aku eksperimen Kak”, tindak tutur direktif, seperti contoh tindak tutur direktif mengajak “ini namanya Dico, mari kita mandikan guys biar wangi dan bersih ya guys ya”, dan tindak tutur ekspresif, seperti contoh tindak tutur ekspresif untuk humor “Lah mana saya tau, sayakan ikan haha”.
Penelitian ini juga menghasilkan empat peran konteks lingkungan dalam pemerolehan tindak tutur
pada anak. Terdapat peran bahasa teman sebaya, seperti contoh, “O download Mba Aya penutur mendapat tuturan tersebut dari teman sebaya yang bernama Aya”, peran bahasa keluarga atau orang dewasa di sekitar anak, seperti contoh “Opo kepo kepo?” penutur mendapat tuturan tersebut dari keluarga bernama Mas Ki, dan peran bahasa objek lain di se kitar anak, seperti contoh penutur mendapat tuturan tersebut dari media sosial secara langsung “Huu lebay Kakak i, gak loro og”, serta peran bahasa guru, seperti contoh, “ 4 kata ajaib. Kalo berbuat salah minta maaf, maaf. Kalo butuh bantuan minta tolong, tolong. Kalo dapat hadiah ucap terima kasih, kalo kau mau lewat ucapkan permisi”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikaji, kepada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia disarankan untuk menggunakan penelitian ini sebagai bahan diskusi dalam bidang pragmatik terutama dalam kajian tindak tutur. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan hasil penelitian
ini sebagai informasi tambahan untuk penelitian yang lebih luas dan mendalam, terutama pada aspek-aspek pengaruh perilaku terhadap pemerolehan bahasa yang bersumber dari media sosial atau pengguna media sosial. | en_US |