Show simple item record

dc.contributor.authorAprilin Saraswati
dc.date.accessioned2013-12-20T07:27:59Z
dc.date.available2013-12-20T07:27:59Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM060910301066
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11339
dc.description.abstractGambaran umum yang terjadi pada remaja dan mahasiswi dijaman sekarang adalah terjadinya ketidakseimbangan antara perkembangan teknologi komunikasi dengan akhlak yang dimiliki oleh generasi mudanya, dalam hal ini adalah mahasiswi. Perilaku mahasiswi yang lebih suka berhura-hura dan lebih mementingkan hedonisme merupakan keadaan nyata yang terjadi dikalagan mahaasiswi. Mereka lebih sibuk berfikir tentang mode-mode pakaian, acara-acara hiburan malam, kendaraan, telepon genggam dan kebutuhan sekunder lainnya yang mempengaruhi mereka untuk dapat memenuhi daripada memikirkan tentang pendidikan mereka. Sehingga tidak heran jika mahasiswi akan terbawa ke dalam arus modernitas dan “terjerumus” dalam “lembah hitam” dunia kampus. Praktek pelacuran, seks, dan dengan segala hal yang berada didalamnya sudah memasuki dunia kampus karena perkembangan prostitusi sudah semakin marak hingga ke tingkat mahasiswi, bahkan sampai ada mahasiswi yang berprofesi sebagai ”ayam kampus”. Fenomena seperti itu ternyata sudah memasuki wilayah Jember. Penelitian yang dilakukan penulis berlokasi di Universitas A dengan mengambil informan primer dari sejumlah 2 mahasiswi. Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah yang diteliti oleh penulis yaitu mengenahi motivasi mahasiswi berhenti berprofesi sebagai “ayam kampus” (studi kasus pada 2 mahasisiwi di Universitas A Kabupaten Jember). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswi berhenti berprofesi sebagai “ayam kampus”, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Resiko yang dihadapi para pekerja seks sangat banyak dan beragam. Apa pun alasannya seseorang mahasiswi terjun kedunia prostitusi yang merupakan karakteristik suatu pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja seks, mereka harus dapat mempersiapkan fisik dan psikisnya. Dunia prostitusi merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi dan sangat membutuhkan nyali yang besar untuk masuk ke dalam dunia ini, karena dalam melakukan pekerjaannya mereka bergonta- ganti pasangan dan melakukan hubungan seks pra-nikah dengan orang banyak. Banyak sekali penyakit yang akan mengancam jiwa mereka, dari mulai terkena penyakit menular seksual, kehamila yang tidak diinginkan, bahkan sampai terkena virus HIV. Pihak perguruan tinggi tidak dapat disalahkan atas terjadinya dan berkembangnya fenomena mahasiswi yang menjadi “ayam kampus”, karena mereka tidak dapat mengontrol setiap tingkah laku mahasiswinya. Menjadi “ayam kampus” merupakan suatu pilihan yang disadari dari seorang individu. Apapun alasan yang diungkapkan mereka mengenahi pilihan dari jalan hidupnya, tidak ada orang yang bisa memaksakan. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk memilih jalan yang terbaik untuk dirinya, apakah itu yang baik atau yang tidak baik. Hal yang mereka alami sebenarnya adalah tidak adanya keterampilan untuk mengatasi masalah, dan lari dari masalah tersebut.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060910301066;
dc.subjectmahasiswa, pelacuran, ayam kampus, HIVen_US
dc.titleMotivasi Mahasisiwi Berhenti Berprofesi Sebagai “Ayam Kampus” (Studi Kasus pada 2 Mahasiswi dari Universitas A, Kabupaten Jember)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record