Gerakan Massa di Sudan Menuntut Mundurnya Omar Al - Bashir
Abstract
Omar Hassan Ahmad al-Bashir telah menjadi Presiden Negara Sudan sejak
30 Juni 1989. Karirnya sebagai Presiden tidak lepas dari partainya yang
mendominasi politik pemerintahan negara yakni National Congres Party.
Keberhasilan mempertahankan kekuasaan selama tiga dekade itu tidak dapat
dilepaskan oleh dukungan kekuatan militer dan kebijakannya otoriter. Hingga pada
tanggal 19 Desember 2019 muncul gerakan massa turun kejalan yang awalnya
menolak kenaikan bahan pokok dan bahan bakar minyak berubah menjadi
menuntut mundurnya Presiden Omar Al – Bashir. Gerakan massa menuntut
mundurnya Omar Al - Bashir di ikuti oleh mayoritas masyarakat Sudan terjadi
selama berbulan – bulan dan dalam gerakan massa ini terjadi konfrontasi antara
masyarakat sipil dan pihak militer sehingga mengakibatkan banyak korban jiwa.
Dampak dari banyaknya korban jiwa pemerintah Sudan mendapat kecaman dari
negara – negara barat. Pada 11 April Presiden Sudan Omar Al - Bashir
Mengundurkan diri. Ahmed Awad Ibn Auf, Wakil Presiden pertama dan menteri
pertahanan Sudan, mengumumkan penangguhan konstitusi Sudan dan
pembentukan dewan militer transisi, yang akan memimpin negara itu selama dua
tahun. Pemilu akan diadakan setelah masa transisi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apa yang menjadi faktor
terjadinya gerakan massa di Sudan menuntut mundurnya Omar Al - Bashir.
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur untuk mengumpulkan data dan
metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis data. Teori yang digunakan dalam
skripsi ini pertama adalah teori Gerakan Massa dari Eric Hoffer. Teori ini melihat
bahwa dalam banyak kasus gerakan perubahan secara mendasar ditentukan oleh
dinamika dan konfigurasi kekuasan. Perubahan terjadi akibat adanya sebuah
pertentangan antara bentuk kekuatan yang meninginkan perubahan dengan
kekuatan yang menginginkan keajegan kondisi dan tidak menghendaki adanya
suatu perubahan. Kedua adalah Teori mobilisasi sumberdaya yang dikemukakan
Charles Tilly. Menurut Charles Tilly bahwa penyebab terjadinya gerakan sosial
adalah karena adanya pemimpin yang memobilisasi sumber daya kelompok.
Tindakan tersebut bersifat rasional dan merupakan tindakan instrumental untuk
mencapai kepentingan politik tertentu. Secara teoritik dapat direfleksikan
bahwasanya ketidakpuasan sosial muncul ketika ada kesadaran akan adanya
ketidakadilan yang disebabkan oleh tekanan dan diskriminasi yang dilakukan oleh
negara. Perasaan adanya ketidakadilan atau tekanan dan diskriminasi muncul
karena terjadinya kesenjangan antara harapan masyarakat dan kemampuan negara
untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat.
Ketiga framing merupakan salah pisau analisis yang sering dipakai dalam
melihat pola aktivisme dan ideology gerakan. Pembingkaian (framing) adalah suatu
proses dimana aktor gerakan sosial menciptakan dan menggelindingkan wacana
yang dapat bergema di antara mereka yang menjadi target mobilisasi sebagaimana
yang dikemukakan oleh David A. Snow (2012). Sedangkan Alberto Meluccin
mengatakan bahwa framing bisa dirumuskan sebagai seni mengkomunikasikan
pesan untuk membujuk massa dan meraih dukungan dan partisipasi. Untuk itu
berbagai isu dan symbol dipilih dan dikontekstualisasi untuk mencapai “gaung
bingkai” (frame resonance), yaitu respon-respon memadai yang akan mengubah
mobilisasi potensial menjadi mobilisasi aktual. Gaung bingkai aksi kolektif ini
menjadi dasar bagi aktor gerakan sosial untuk menciptakan identitas kolektif
mereka, suatu rumusan orientasi aksi yang bersifat interaktif dan peluang serta
rintangan di mana aksi itu berlangsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan teori Gerakan Massa
dari Eric Hoffer, Teori mobilisasi sumberdaya Charles Tilly, dan Konsep Framing
David A. Snow dan Alberto Meluccin. Gerakan massa di Sudan yang berhasil
menuntut mundur Omar Al - Bashir dikarenakan beberapa faktor. Faktor – faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Pertamaa karena akumulasi dari kekecewaan rakyat dari bidang politik dan
ekonomi selama masa pemerintahan Omar Al – Bashir. Kedua adanya organisasi
atau tokoh yang memobilisasi dan mengkoordinir gerakan massa di Sudan. Ketiga terjadinya suatu kondisi atau momentum khusus yang kemudian di framing oleh
aktor – aktor di Sudan sehingga memungkinkan gerakan massa ini terjadi.