Analisis Kualitas Fisik Air Sumur Terdampak Limbah Cair Industri Tahu Rumahan
Abstract
Air merupakan komponen penting dalam kehidupan yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Contohnya untuk minum, memasak, mencuci, pertanian, industri, dan sebagainya. Kualitas air merupakan faktor penting untuk mengetahui apakah suatu sumber air tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Air yang kualitasnya buruk mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sesuai dengan keadaan sekarang, dimana air sekarang menjadi barang yang mahal, hal tersebut terjadi karena sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah.
Tahu merupakan makanan yang bahannya dari olahan kedelai. Kota lumajang merupakan salah satu kota yang banyak ditemukan industri pengolahan tahu, salah satunya industri tahu rumahan di desa jatigono Kec. Kunir, Lumajang. Dalam proses pengelohan tahu banyak menghasilkan limbah yang berasal dari proses pencucian, perendaman sampai pencetakan. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair yang langsung dibuang ke pekarangan rumah di sekitar pemukiman yang padat penduduk jika tidak dikelolah dengan baik maka dapat memberikan pengaruh negatif pada lingkungan. Seperti meningkatnya sarang nyamuk dan air sumur yang tercemar akibat limbah cair tahu yang tidak dikelolah. Oleh sebab itu, peneliti mencoba mengkaji lebih lanjut dengan melakukan penelitian mengenai kualitas air terdampak limbah cair industri tahu berdasarkan parameter fisika kimia, yang diukur meliputi suhu, pH, TDS, bau, dan warna.
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Mei 2022 hingga 30 Juni 2022. Subjek penelitian yang digunakan penelitian ini yaitu 3 sampel air sumur dengan jarak yang berbeda yaitu jarak 6 meter, jarak 30 meter, dan jarak 50 meter. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Observasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair industri tahu rumahan berdampak pada kualitas fisik air sumur. Pengukuran nilai pH air sumur tertinggi terdapat pada sumur 3 sebesar 8,23 pada hari ke-15. Pengukuran nilai pH air sumur terendah terdapat pada sumur 1 sebesar 6,22 pada hari ke-0 sehingga data penelitian tidak sesuai dengan standar air minum. Pengukuran nilai suhu air sumur tertinggi terdapat pada sumur 1 sebesar 30℃ pada hari ke-0 dan pengukuran nilai suhu air sumur terendah terdapat pada sumur 3 sebesar 28℃, sumur 2 sebesar 28℃ pada hari ke-10, sumur 3 sebesar 28℃ pada hari ke-10, pada sumur 1 dan sumur 3 sebesar 28℃ pada hari ke-15. Pengukuran nilai TDS air sumur tertinggi terdapat pada sumur 1 sebesar 756 ppm pada hari ke-5 sehingga data penelitian tidak sesuai dengan standar air minum. Pengukuran nilai TDS air sumur terendah terdapat pada sumur 3 sebesar 471 ppm pada hari ke-15. Pengukuran kondisi fisik mulai hari ke-0 sampai hari ke-15 sumur 1, sumur 2, sumur 3 mengalami perubahan warna kekuningan dan memiliki bau tidak sedap, kecuali hari ke-0 sumur 3 tidak memiliki bau. Berdasarkan WHO, kutipan jurnal dan permenkes tersebut, maka dapat dikatakan hasil data yang diperoleh sampel air sumur berdasarkan parameter pH, TDS, dan kondisi fisik tidak memenuhi syarat-syarat kualitas air minum. Sedangkan suhu pada setiap sampel yang diperoleh sesuai dengan Permenkes RI No 492 tahun 2010.
Kesimpulan penelitian yaitu limbah cair indutri tahu rumahan berdampak pada kualitas fisik air sumur kualitas fisik air sumur. Saran dari penelitian ini yaitu sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak limbah cair industri tahu rumahan dengan menggunakan jarak yang lebih jauh dan waktu yang lebih lama.