dc.description.abstract | Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan dan merupakan
komoditas ekspor penting di Indonesia. Pada tahun 2006 Indonesia menjadi
negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan untuk jangka
panjang, produksi kakao diramalkan terus meningkat mengingat permintaan dunia
atas kakao semakin meningkat pula oleh karena itu negara-negara produsen utama
kakao cenderung akan memperluas areal kakaonya termasuk Indonesia. Salah satu
tantangan yang dihadapi saat ini dalam pengembangan areal kakao adalah
berkurangnya lahan subur karena adanya penggunaan lahan disektor non
pertanian. Berdasarkan hal tersebut pengembangan kakao akan dilakukan di lahan
luar Jawa yang pada umumnya merupakan lahan marginal misalnya lahan yang
kering. Kakao merupakan tanaman yang tidak tahan pada cekaman kekeringan.
Kakao yang mengalami cekaman kekeringan akan mengakibatkan proses
fisiologisnya terganggu yaitu dapat menurunkan tekanan turgor yang berpengaruh
pada menurunnya potensial air dan potensial osmotik. Klon kakao saat ini
diharapkan mempunyai suatu ketahanan terhadap cekaman kekeringan. Oleh
karena itulah perlu dilakukan penelitian tentang klon tersebut yang berhubungan
dengan ketahanannya terhadap cekaman kekeringan yang memang benar-benar
dibutuhkan saat. tiga bibit klon kakao terhadap berbagai kondisi cekaman
kekeringan.
Penelitian ini dilaksanakan di Agrotechnopark Universitas Jember.
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
disusun secara faktorial diulang 3 kali, dengan ulangan sebagai kelompok (setiap
ulangan menggunakan 5 tanaman contoh). Faktor pertama ketersediaan air terdiri
dari 4 taraf yaitu: (1) 100% (kapasitas lapang), (2) 85%, (3) 70%, dan (4) 55%
lengas tersedia. Faktor kedua klon kakao yaitu DR 1, DR 2, dan PA 191.
vii
Hasil penelitian tidak terdapat interaksi antara perlakuan ketersediaan air
dengan klon kakao pada semua parameter pengamatan. Faktor tunggal
ketersediaan air (P) memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada parameter
luas daun, stomata conductan, dan berat kering total. Untuk berat kering akar
memberikan pengaruh yang beda nyata. Sedangkan untuk faktor tunggal klon
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada 6 parameter meliputi tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, berat kering total, dan berat
kering akar. Parameter stomata conductan memberikan pengaruh beda nyata.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketiga bibit klon
kakao tersebut memiliki ketahanan terhadap cekaman yang paling tinggi yaitu
55% kapasitas lapang. Bibit klon PA 191 lebih toleran terhadap cekaman
kekeringan jika dibandingkan dengan klon yang lain. | en_US |