Mitos Bunga Melati dalam Sosio Budaya Masyarakat Desa Tongas Kulon Kabupaten Probolinggo
Abstract
Mitos bunga melati merupakan salah satu kajian dari tradisi lisan.
Alasan peneliti tertarik melakukan penelitian ini adalah belum ada
pendokumentasian terhadap kepercayaan mitos bunga melati. Penelitian ini
akan membahas kepercayaan masyarakat desa Tongas Kulon tentang mitos
bunga melati yang meliputi macam-macam mitos bunga melati, makna
yang terkandung pada mitos bunga melati, dan nilai-niali yang terkandung
pada mitos bunga melati yang berkembang dan dipercayai sejak zaman
dahulu hingga sekarang. Penelitian ini dilakukan agar nantinya minat
generasi muda meningkat terkait dengan kepercayaan rakyat yang ada di
daerahnya sendiri. Berdasarkan pemaparan yang telah dijabarkan, maka
ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah cerita mitos
bunga melati yang berkembang pada masyarakat Desa Tongas Kulon,
Kabupaten Probolinggo?; (2) bagaimanakah makna simbolik yang
terkandung pada mitos bunga melati di Desa Tongas Kulon Kabupaten
Probolinggo?; (3) bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung dalam mitos
bunga melati di Desa Tongas Kulon, Kabupaten Probolinggo?; dan (4)
bagaimanakah fungsi yang terdapat pada mitos bunga melati di DesaTongas
Kulon, Kabupaten Probolinggo?
Mitos bunga melati yang dipercayai oleh masyarakat Desa Tongas
Kulon dapat dibagi menjadi empat yaitu: (1) mitos bunga melati pada
hiasan pengantin, (2) mitos bunga melati pada rangkaian bunga di keranda
mayat, (3) mitos bunga melati pada tradisi mitoni, dan (4) mitos bunga
melati pada kehidupan sehari-hari. Ada dua mitos bunga melati pada
hiasan bunga pengantin yaitu “mitos tentang anjuran untuk mengambil
bunga melati yang dijadikan hiasan kepala pengantin karena dipercaya
akan cepat menemukan jodohnya” dan “mitos tentang layunya hiasan
bunga pada penganti menandakan bahwa pengantin tersebut sudah tidak
gadis lagi”. Selanjutnya mitos pada rangkaian bunga di keranda mayat
yaitu “barang siapa seorang gadis yang belum menikah jika merangkai
bunga melati yang digunakan untuk keranda mayat maka gadis ini akan
mengalami sikulus haid yang cepat dan susah mendapatkan jodohnya”.
Mitos bunga melati yang ada pada tradisi mitoni yaitu bunga melati yang
dijadikan baju untuk prosesi siraman dan air bunga melati yang diminum
akan membuat wanita hamil dan calon bayinya selamat dan sehat dan
mitos bunga melati yang terakhir yang ada pada kehidupan sehari-hari
yaitu “barang siapa yang memakai parfum atau wewangian yang beraroma
melati akan diikuti oelh Jin” dan “barang siapa wanita yang sudah menikah
meletakkan bunga melati di atas kasur, maka suaminya akan diambil oleh
orang lain.”
Bunga melati yang dipercayai masyarakat Desa Tongas Kulon
dipercayai mengandung simbol-simbol yang memilki makna tersendiri
diantaranya, yaitu: (1) bunga melati merupakan simbol kesucian, (2) bunga
melati menyimbolkan ketentraman, dan (3) bunga melati merupakan
simbol dari kekuatan gaib. Adapun fungsi mitos bunga melati antara lain:
(1) sebagai proyeksi (cerminan) angan-angan masyarakat, (2) sebagai
pemaksa atau pengontrol norma-norma pada masyarakat, (3) sebagai
bahan pembicaraan untuk menahan rasa kantuk, dan (4) sebagai alat
pelestari budaya. Oleh karena itu, mitos bunga melati ini dapat akan
menjadi harapan untuk masa depan masyarakat Desa Tongas Kulon, serta
dapat mengajarkan norma-norma yang telah ditentukan sejak zaman nenek
moyang kepada para generasi muda sehingga ajaran yang telah dianut dan
dipercayai tidak luntur dan akan terus diajarkan.
Mitos bunga melati ini memiliki tiga nilai budaya, diantaranya yaitu:
(1) nilai religiusitas, (2) nilai sosial, dan (3) nilai kepribadian. Nilai
religiusitas yang terdapat dalam mitos bunga melati ini adalah kepasrahan
manusia terhadap Tuhan serta percaya kepada kekuatan gaib. Nilai sosial
yang terkandung dalam mitos bunga melati ini mengajarkan untuk
menghormati orang yang lebih tua dan nilai kepribadian yang terdapat
dalam mitos bunga melati ini mengajarkan masyarakat terutama anak-anak
muda untuk selalu berkata jujur agar tidak menjadi bumerang terhadap
dirinya sendiri, karena kebohongan yang ditutupi akan ketahuan juga.
Fungsi yang terkandung dalam mitos bunga melati ini ada lima
yaitu: (1) sebagai harapan masyrakat, (2) sebagai pengontrol norma-norma
masyarakat, (3) sebagai bahan pembicaraan untuk menahan rasa kantuk,
(4) sebagai alat pendidikan moral, dan (5)sebagai pelestari budaya
kepercayaan.