Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Daring (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Bondowoso)
Abstract
SMA Negeri 2 Bondowoso merupakan salah satu sekolah yang
menerapkan pembelajaran daring pada tahun ajaran 2021/2022 semester ganjil.
Pembelajaran daring dijadikan solusi dalam situasi pandemi, dimana siswa tetap
bisa belajar meskipun tidak bertatap muka secara langsung. Namun, faktanya
dalam pelaksanaan pembelajaran daring terdapat kendala yang dirasakan oleh
siswa. Adanya berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
daring menimbulkan persepsi yang berbeda dari setiap individu. Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap
pembelajaran daring pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Bondowoso.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Dalam
menentukan lokasi penelitian, peneliti menggunakan metode purposive sampling
area. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Bondowoso.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan
dokumen. Metode pengolahan data pada penelitian ini diantaranya editing,
skoring, kemudian tabulasi data. Uji instrumen pada penelitian ini menggunakan
uji validitas dan uji reliabilitas. Analisis data yang digunakan adalah analisis data
deskriptif dengan penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, perhitungan nilai
maximum, nilai minimum, dan persentase.
Hasil penelitian secara keseluruhan persepsi siswa terhadap pembelajaran
daring pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Bondowoso masuk dalam kategori
sedang dengan persentase 66% atau 121 siswa. Hasil tersebut diperoleh dari dua
indikator yakni proses pembelajaran dan dukungan. Indikator proses pembelajaran
daring masuk kategori sedang dengan persentase 62% atau 114 siswa. Siswa
kurang tertarik belajar daring karena tidak dapat berinteraksi secara lancar dengan
guru. Selain itu, siswa sulit untuk memahami materi dan mengerjakan tugas
karena tugas yang diberikan tidak proporsional. Namun, siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri. Sedangkan dari segi bahan ajar, siswa sudah membaca dan
memahami bahan ajar. Namun, siswa lebih memahami bahan ajar yang diambil
dari sumber lainnya.
Pada indikator dukungan pembelajaran daring, masuk kategori sedang
dengan persentase 58% atau 106 siswa. Siswa mengetahui peran pemerintah
dalam pembelajaran daring. Namun, siswa belum mengetahui dan belum bisa
mengoperasikan aplikasi pembelajaran online (rumah belajar). Selanjutnya dilihat
dari dukungan sekolah, sekolah telah memberikan dukungan kepada siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran daring yakni sekolah telah memiliki sistem
pembelajaran berbasis daring. Siswa juga mendapatkan dukungan berupa fasilitas
dari wali murid. Namun, wali murid belum memberikan laporan kepada pengajar
tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran daring.
Siswa yang tidak bisa interaksi secara lancar dengan guru saat proses
pembelajaran daring, hendaknya bertanya ke temannya terkait materi yang telah
dibahas kemudian menambah pengetahuan dengan membaca sumber buku, bahan
ajar yang disediakan, serta sumber lainnya sehingga proses pembelajaran tetap
tercapai. Sedangkan bagi guru, hendaknya memperhatikan dalam memberikan
tugas kepada siswa, karena pemberian tugas yang kurang proporsional akan
mengakibatkan siswa sulit memahami materi.