dc.description.abstract | Pelaksanaan pembelajaran di SMK PGRI 05 Jember berdasarkan
wawancaara dengan guru bidang studi matematika pada umumnya guru masih
mendominasi sehingga peserta didik hanya menerima materi pelajaran secara pasif.
Guru juga menyatakan sampai saat ini pelajaran matematika masih menjadi mata
pelajaran yang sulit bagi siswa, mulai dari konsep, rumus, ataupun penerapannya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar sebagian besar siswa yang belum mencapai
batas tuntas pelajaran matematika, dimana rata-rata hasil belajar siswa masih berada
di bawah Standar Ketuntasan Mininal (SKM) yang digunakan yakni dengan skor
rata-rata 66 dari SKM 70 ( tersaji pada lampiran 27). Selama ini guru menggunakan
metode ceramah dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk pengembangan
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Salah
satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif adalah Think-pair-share (TPS).
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS, terdapat tiga tahapan yaitu:
thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Secara teoritis
pembelajaran koopertif tipe TPS adalah model pembelajaran yang cocok diterapkan
pada pembelajaran matematika terutama pada sub pokok bahasan limit fungsi,
karena sesuai dengan kondisi siswa Kelas XII TI SMK PGRI 05 Jember, yaitu siswa
akan lebih terbuka dalam bekerjasama dan mengemukakan pendapat/ide-ide mereka
dengan teman sejawat tanpa ada rasa malu ataupun enggan dalam menyelesaikan
tugasnya. Permasalahan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bagaimana
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, bagaimana aktivitas
peserta didik dan ketuntasan belajar peserta didik, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipt think pair share
terhadap aktivitas peserta didik dan ketuntasan belajarnya.
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII TI SMK PGRI 05
Jember tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 40 peserta didik dengan rincian 17
peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 03 hingga 08 Januari 2011. Pelaksanaan siklus I dan II
tidak jauh berbeda. Hal itu karena pada siklus I ketuntasan belajar peserta didik
mampu mencapai 82,5% dan pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan yang
nantinya mampu menunjang ketuntasan belajar peserta didik. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif berupa hasil observasi aktivitas peserta didik
sedangkan data kuantitatif berupa nilai dari penilaian LKS, dan tes akhir siklus.
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan menunjukkan
aktivitas individu cenderung mengalami peningkatan di setiap pembelajaran.
Persentase aktivitas mengenai thinking secara individu adalah 73,333% baik pada
pembelajaran siklus I maupun siklus II. Persentase aktivitas pairing adalah
90,8333% pada siklus I dan 91,666% pada siklus II, persentase aktivitas sharing
adalah 89,1666% pada siklus I dan 90,8333% pada siklus II. Persentase ketuntasan
belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2,5%.
Ketuntasan belajar peserta didik sebelum pelaksanaan siklus adalah 80% dan
mencapai 82,5% pada siklus I, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan
belajar peserta didik mencapai 85%. | en_US |