Potensi Degradasi Makrofungi Ligninolitik Asal Alas Purwo Banyuwangi Terhadap Pewarna Laboratoris dan Pemanfaatannya Sebagai Media Poster
Abstract
Zat pewarna merupakan suatu senyawa organik dari gabungan antara gugus auksokrom yang
merupakan pengikat antara kromosom dan serat inert (Rahmacandran et al., 2010). Penggunaan
zat pewarna buatan akan menimbulkan suatu masalah lingkungan apabila tidak diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Diperlukan alternatif pengolahan limbah yang murah,
mudah, dan ramah lingkungan, salah satunya dengan menggunakan bantuan fungi. Menurut
Nurhayat (2020) diketahui bahwa kemampuan dekolorisasi limbah zat warna oleh fungi terutama
pada kelompok basidiomycota dan ascomycota lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri.
Menurut Nasution (2018) fungi memiliki kemampuan mendegradasi zat warna karena adanya
enzim ligninolitik ekstraseluler seperti mangan peroksidase, lignin peroksidase dan laktase.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat makrofungi ligninolitik dalam
mendegradasi pewarna laboratoris. Jenis penelitian ini adalah jenis eksperimen laboratoris
dengan menggunakan 6 makrofungi (Pleurotus sp., Cookeina tricholoma, Stereum hirsutum,
Physalacria ausraliensis, Favolus niveus, dan Tremetes sp.) asal Alas Purwo Kabupaten
Banyuwangi yang akan diuji degradasinya terhadap 4 jenis pewarna labolatoris (safranin, green
malakit, Metylen blue, dan Eosin). Penghitungan tingkat keefektivitasan makrofungi terhadap
kemampuan degradasi pewarna dapat dilihat dengan mengamati ukuran diameter zona bening
yang terbentuk pada masing-masing koloni fungi. Uji ini dilakukan dengan 2 kali pengulangan.
Analisis data penelitian yang diperoleh dilakukan secara deskriptif mengenai makrofungi
ligninolitik yang paling berpotensi mendegradasi pewarna labolatoris. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fungi Stereum hirsutum menjadi fungi yang paling efektif dalam
mendegradasi pewarna sedangkan Favolus niveus menjadi fungi yang tidak dapat mendegradasi
pewarna.