Show simple item record

dc.contributor.authorALIM, Fathul
dc.date.accessioned2022-12-08T07:39:40Z
dc.date.available2022-12-08T07:39:40Z
dc.date.issued2022-06-30
dc.identifier.citationHarvard Styleen_US
dc.identifier.nim180210101093en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/111063
dc.descriptionFinalisasi repositori 8 Desember 2022_Kurnadien_US
dc.description.abstractSetiap siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis. Seiring berkembangnya teknologi, seseorang dituntut untuk melakukan berpikir kritis. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa rendah dikarenakan kurangnya pemberian soal yang menantang diatas kurikulum seperti soal HOTS dan Jumping Task. Kemampuan berpikir kritis adalah suatu kemampuan dalam hal berpikir reflektif dan rasional dengan berfokus pada penekanan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercaya atau apa yang harus dilakukan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting diterapkan di kehidupan sehari-hari. Ennis menyebutkan terdapat enam indikator pada kemampuan berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Untuk kriteria Fokus yaitu siswa dapat menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Untuk kriteria Reason yaitu siswa dapat menjelaskan strategi pemecahan masalah matematika dan dapat mengerjakan soal sesuai strategi yang ditentukan. Untuk kriteria Inference yaitu siswa dapat membuat kesimpulan dari soal yang telah dikerjakan. Untuk kriteria Situation yaitu siswa dapat menghubungkan pengetahuan sebelumnya dalam penyelesaina soal. Untuk kriteria Clarity yaitu siswa dapat menjelaskan langkah demi langkah metode yang digunakan. Terakhir pada kriteria Overview yaitu siswa dapat mengecek kembali jawaban dari awal hingga akhir dan dapat menemukan cara lain untuk menyelesaikan soal. Salah satu materi atau pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan kemampuan berpikir kritis adalah materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Beberapa penelitian sebelumnya membahas tentang pemenuhan indikator kemampuan berikir kritis pada siswa dengan memberikan soal tes. Akan tetapi masih masih belum ada penelitian yang membahas terkait kemampuan berpikir kritis ditinjau dari gaya belajar untuk menyelesaiakan soal Jumping Task pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal Juming Task pada materi Sistem Persamaan Liner Dua Variabel ditinjau dari gaya belajar Deporter. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan soal Jumping Task ditinjau dari gaya belajar yang dimiliki siswa. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 10 Jember. Subjek penelitian terdiri atas enam siswa dengan tiga kategori gaya belajar tunggal dan tiga kategori gaya belajar ganda. Prosedur penelitian ini meliputi kegiatan pendahuluan, penyusunan instrument, validasi instrument, pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Instrument penelitian terdiri atas peneliti, angket tipe gaya belajar, soal tes kemampuan berpikir kritis berbasis Jumping Task, pedoman wawancara, dan lembar validasi. Pengambilan data dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 19 april 2022 dengan memberikan angket tipe gaya belajar kepada seluruh siswa kelas VIIIC yang terdiri atas 29 siswa serta memberikan soal tes dan 20 desember 2022 yaitu wawancara terhadap enam subjek. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisis untuk mengetahui gaya belajar siswa dan selanjutnya diberikan soal Jumping Task. Siswa bergaya visual dapat menyelesaikan tiga soal Jumping Task dan mampu memenuhi lima indikator kemampuan berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, dan Clarity. Siswa bergaya belajar auditorial dapat menyelesaikan tiga soal Jumping Task dan mampu memenuhi lima indikator kemampuan berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, dan Clarity. Siswa bergaya belajar kinestetik dapat menyelesaikan satu soal saja dan memenuhi lima indikator yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, dan Overview. Siswa bergaya belajar ganda juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Siswa bergaya belajar visual dan auditorial dapat menyelesaikan tiga soal dan mampu memenuhi seluruh indikator kemampuan berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Siswa bergaya belajar visual dan kinestetik dapat menyelesaikan dua soal dan mampu memenuhi lima indikator berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, dan Clarity. Siswa bergaya belajar auditorial dan kinestetik mampu mengerjakan dua soal dan mampu memenuhi lima indikator kemampuan berpikir kritis yaitu Fokus, Reason, Inference, Situation, dan Clarity.en_US
dc.description.sponsorshipDosen pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd. Dosen Pembimbing II : Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd., M.Pd.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectKEMAMPUAN BERPIKIR KRITISen_US
dc.subjectMENYELESAIKAN SOAL JUMPING TASKen_US
dc.subjectGAYA BELAJAR DEPORTERen_US
dc.titleAnalisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Jumping Task pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau dari Gaya Belajar Deporteren_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPendidikan Matematikaen_US
dc.identifier.pembimbing1Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pden_US
dc.identifier.pembimbing2Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd., M.Pd.en_US
dc.identifier.validatorkacung.8 September.2022en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record