dc.description.abstract | Artikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni yang
menjelaskan perihal pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni
pertunjukan masyarakat Madura. Secara komprehensif menelaah
klasifikasi model pasemon sebagai bahasa kritik dalam seni
pertunjukan masyarakat Madura ditinjau secara semiotik. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa pasemon dalam seni pertunjukan
terbagi atas 3 model, yakni model papareghân/paparèkan; model
sindiran langsung; dan model penokohan; model paparèkan
merupakan model kritik yang disampaikan melalui bentuk pantun
tradisional berbahasa Madura baik secara langsung maupun melalui
kèjhungan (nyanyian). Paparèkan digunakan untuk mengkritik
lawan main dalam pertunjukan, maupun untuk mengkritik
fenomena sosial masyarakat. Model sindiran langsung, merupakan
moda kritik yang diucapkan secara langung dengan kalimat yang
lugas oleh aktor/pelawak di atas panggung. Umumnya sindiran
diucapkan dengan gaya humor. Sindiran langsung digunakan
untuk mengkritik penonton, tuan rumah, situasi sosial maupun
perilaku masyarakat hari ini. Model penokohan, adalah moda
kritik yang dilakukan dengan cara mendekonstruksi sistem
penandaan pada tokoh-tokoh tertentu dalam realitas sosial. Tokoh
yang didekonstruksi sistem penandanya biasana tokoh yang dekat
dengan kehidupan masyarkat Madura seperti tokoh polisi dan
dukun. | en_US |