Hubungan Antara Pernikahan Ibu Usia Dini dan Asupan Protein dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 0-59 Bulan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso)
Abstract
Stuntingadalah suatu kondisi tubuh balitayang tidak mencapai panjang atau tinggi badan yang tepatberdasarkan standarpada usianya. Balita dapatdikatakan stuntingjika diperoleh hasil panjang badanatau tinggi badannya kurang dari -2SD (standar deviasi) dari median kriteria pertumbuhan. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stuntingpada anakadalah ibuyangmasih dalam usia remaja, dan rendahnya asupan makanselama kehamilan. Prevalensi stuntingpada tahun 2019 di Indonesia sebesar 27,67% dan menurun di tahun 2020 sebesar 24,4%. Prevalensi balita stuntingdi Kabupaten Bondowoso pada tahun 2020 berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Bondowoso adalah 12,23%, prevalensi stuntingdi Kec. Maesan tertinggi pada urutan ke-empat pada tahun 2020 adalah 10,56% dari 283 balita dengan kategori stunting. Prevalensi pernikahan usia dini (di bawah 20 tahun) di Kabupaten Bondowoso padatahun 2020 mencapai 37%, sedangkan pada wilayah Kecamatan Maesan pernikahan di bawah 20 tahun sejumlah 103 remaja. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut dikarenakan angka kejadian stuntingtermasuk dalam urutan ke-empat dan menurut Dinas Kesehatan Bondowoso Kec. Maesan adalah salah satu wilayah yang termasuk kedalam 17 desa lokus pencegahan dan penanggulangan stuntingtahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pernikahan ibu usia dini dan asupan protein dengan kejadian stuntingpada balita usia 0-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Maesan KabupatenBondowoso.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif danmetode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Maesan Kabupaten Bondowoso. Sampel dalam penelitian terdiri dari 63 balita stunting
viidari ibu yang menikah pada usia dini. Sampel didapatkanmenggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada ibu balita menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji chi-squaredengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berumur 24-36 bulan (49,2%) sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (61,9%) dan balita berjenis kelamin laki-laki memiliki persentase tertinggi panjang badan ≤ 45,4 cm berjumlah 31 balita (49,2%).Sebanyak 49 balita kategori stunting(77,8%) dari hasil z-scoreTB/U. Sebagian besar pengetahuan ibu kurang 34 ibu (54%), sebagian besar pendidikan ibu menengah sebanyak 33 ibu (52,4%), dan sebagian besar pendapatan keluarga dibawah UMK sebanyak 34 (54%). Tingkat kecukupan asupan protein balita sebanyak 26 balita (41,3%) mengalami defisit tingkat ringan. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-squareantara hubungan pengetahuan ibu usia dini memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting(p-value= 0,03). Pendidikan ibu usia dini memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting(p-value= 0,04). Pendapatan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting(p-value= 0,03). Asupan protein memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting(p-value= 0,02). Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah diharapkanDinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dapat bekerja sama dengan Kementerian Agama RepublikIndonesia dan Kantor Urusan Agama setempat untuk lebih menekankan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat untuk meminimalisir terjadinya pernikahan siri dan lebih optimal dalam mengeluarkan surat keterangan boleh menikah jika pasangan pengantin belum memenuhi batas minimal usia menikah yang ditentukan oleh BKKBN.Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso dapat bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso, untuk dapat memberikan penyuluhan memberikan edukasi lanjutan setelah sempatterhenti karena pandemi.Diharapkan Puskesmas Maesan lebih menekankan terutama kepada bidan desa untuk memantauterhadap kader posyandu disaat melakukan pengukuran tinggi
badan badan sesuai prosedur pengukuran balita saat posyandu. Diharapkan ibu balita dapat lebih kreatif dalam memberikan asupan protein dan menggantikan makanan yang tidak disukai oleh anak. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan memasukkan beragam variabel terkait pangan dan gizi, tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro lainnya, faktor predisposisi adat terkait pernikahan usia ibu usia dini, kejadian anemia atau KEK pada WUS
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]