Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dengan Kejadian Stunting pada Balita (Studi Di Desa Lokus Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Paron Kabupaten Ngawi)
Abstract
Stunting merupakan suatu keadaan dimana panjang atau tinggi badan tidak memenuhi standar WHO yaitu dibawah minus 2 standar deviasi. Kabupaten Ngawi menempati peringkat keempat prevalensi stunting tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2018 yaitu sebesar 40,5%. Kabupaten Ngawi juga ditetapkan menjadi kabupaten prioritas intervensi percepatan penurunan stunting mulai tahun 2020. Puskesmas Paron menjadi wilayah dengan jumlah stunting terbanyak dan ditetapkan sebagai lokus pada tahun 2022. Faktor yang berperan penting sebagai penyebab terjadinya stunting, salah satunya adalah faktor lingkungan rumah. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2021 menunjukkan bahwa masih terdapat orang tua yang kurang memperhatikan anaknya terkait konsumsi dan kebersihan lingkungan anak, serta 54,7% rumah belum memenuhi syarat rumah sehat diitinjau dari sarana sanitasi. Lingkungan rumah yang optimal dapat mendukung tumbuh kembang anak yang lebih baik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case-control. Sampel pada penelitian ini berjumlah 45 balita kasus dan 45 balita kontrol dengan pengambilannya menggunakan teknik proportional stratified random sampling. Variabel independent dalam penelitian ini yaitu faktor lingkungan rumah yang meliputi pendidikan ibu, praktik pengasuhan, dan sanitasi lingkungan. Variabel dependent meliputi kejadian stunting pada Februari 2022. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis univariat dinyatakan dalam frekuensi, distribusi, dan presentase untuk menggambarkan karakteristik responden, pendidikan ibu, praktik pengasuhan dan sanitasi lingkungan, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan menampilkan p-value, dan nilai OR.
Hasil penelitian ini balita yang mengalami stunting paling banyak berusia 24-35 bulan dan berjenis kelamin laki-laki. Usia ibu balita sebagian besar berada pada rentan usia 26-35 tahun (dewasa awal), dengan pendidikan rendah yaitu lulusan SD-SMP, tidak bekerja, memiliki tingkat pendapatan keluarga kurang dari upah minimum kabupaten, dan sebagian besar jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang. Praktik pengasuhan pada balita stunting paling banyak kategori baik. Sanitasi lingkungan rumah pada balita stunting mayoritas responden tidak memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan uji bivariate diperoleh bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian stunting dengan besar risiko 4,429 kali lebih besar, praktik pengasuhan berhubungan dengan kejadian stunting dengan besar risiko 6,833 kali lebih besar, dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting dengan besar risiko 4,529 kali lebih besar. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu, praktik pengasuhan, dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan dengan kejadian stunting pada balita pada balita di desa lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Paron Kabupaten Ngawi. Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah puskesmas perlu memberikan edukasi secara konsisten terkait pengasuhan, pemberian makan, dan menjaga kebersihan. Untuk masyarakat diharapkan meningkatkan perhatian dalam menerapkan pengasuhan terutama terkait pemberian makanan dan menjaga kebersihan anak, serta perbaikan sarana sanitasi melalui upaya penggunaan tempat sampah tertutup dan kedap air, dan pembuaatan saluran resapan pembuangan limbah.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]