dc.description.abstract | Tikus merupakan hewan liar dari golongan mamalia dan dikenal sebagai
hewan pengganggu dalam kehidupan manusia. Keberadaan tikus di dalam rumah
merupakan faktor risiko kejadian leptospirosis di pemukiman penduduk.
Berdasarkan angka kejadian leptospirosis di Jawa Timur pada tahun 2019
menduduki peringkat ke 3 di Indonesia setelah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Di Jawa Timur menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur, periode Januari
sampai awal Maret 2019 ada 33 kasus, dari jumlah tersebut tertinggi ada di
Kabupaten Sampang sebanyak 17 kasus. Angka kejadian leptospirosis di
Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 yaitu sebanyak 25
kasus dengan Puskesmas Banyuanyar yang memiliki kasus leptospirosis
terbanyak yaitu sebanyak 7 kasus dan Kelurahan Banyuanyar merupakan daerah
dengan jumlah kasus leptospirosis tertinggi di wilayah Puskesmas Banyuanyar
yaitu sebanyak 4 kasus.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada masyarakat
Kabupaten Sampang wilayah Kelurahan Banyuanyar pada bulan Oktober 2020,
terdapat 22 KK yang diwawancarai menyatakan bahwa keberadaan tikus di sekitar
lingkungan rumah mereka populasinya cukup tinggi. Dari uraian tersebut, perlu
adanya inovasi umpan yang digunakan dalam pengendalian tikus di wilayah
Kelurahan Banyuanyar Kabupaten Sampang untuk mencegah munculnya kembali
penyakit leptospirosis. Kelapa bakar merupakan salah satu bahan makanan yang
memiliki aroma tajam dan juga berwarna kuning kecoklatan setelah dibakar. Oleh
karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan jumlah tangkapan tikus pada penggunaan umpan kelapa bakar dengan waktu pembakaran
selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit.
Penilitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Banyuanyar Kabupaten
Sampang pada 72 rumah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2021, dengan
jenis penelitian pra-eksperimen. Teknik sistematic random sampling merupakan
teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini dengan
bentuk one shot case study/posttest only design. Pada penelitian ini terdapat 72
rumah dengan 3 macam umpan, masing-masing titik diletakkan 3 perangkap
dengan 3 macam umpan (kelapa bakar 5 menit, kelapa bakar 10 menit, dan kelapa
bakar 15 menit). Pemasangan perangkap dilakukan selama 3 hari berturut-turut
dimana diletakkan pada pukul 16.00 WIB dan diambil keesokan harinya pada
pukul 09.00 WIB. Tikus yang tertangkap selanjutnya dilakukan identifikasi pada
hari itu juga. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan hasil tangkapan tikus sebanyak 48 ekor
tikus dengan jenis Rattus norvegicus sebesar 52%, R. r diardii sebesar 15%,
Rattus tanezumi sebesar 13%, Bandicota indica sebesar2%, dan Mus musculus
sebesar 19%. Angka kepadatan tikus sebesar 0,22, artinya kurang dari angka baku
mutu yang telah ditetapkan yaitu 1. Hasil identifikasi keberadaan tikus masih
banyak rumah yang terdapat kotoran tikus yaitu sebesar 60% dan terdapat bau
tikus yang khas sebesar 100%. Untuk hasil uji statistik menggunakan uji Mann whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara umpan
kelapa bakar 5 menit dengan kelapa bakar 10 menit, dan umpan kelapa bakar 10
menit dengan kelapa bakar 15 dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Namun
pada umpan kelapa bakar 5 menit dengan umpan kelapa bakar 15 menit tidak
memiliki nilai yang signifikan nilai tersebut lebih dari 0,05. Saran untuk peneliti
selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kandungan apa dari
kelapa yang dapat menarik perhatian tikus selain aroma yang kuat dan juga warna
yang kuning kecoklatan. | en_US |